Ketika melihat kecoak, kebanyakan dari kita pasti ingin berlari karena merasa geli dan jijik dengan hewan ini. Namun, ternyata kecoak bisa menjadi inspirasi pembuatan robot! Kok, bisa, ya? Ayo, cari tahu bersama!
Kecoak Sudah Ada Sebelum Dinosaurus Muncul
Kecoak sudah ada sejak 320 juta tahun lalu. Artinya, mereka sudah ada sebelum dinosaurus muncul pada 250 juta tahun silam. Ketika dinosaurus perlahan mulai punah sekitar 70 juta tahun lalu, kecoak justru mengalami hal sebaliknya.
Hewan yang hidupnya di tempat-tempat kotor ini bertahan hidup sampai sekarang. Tentunya setelah kecoak menjalani evolusi seperti halnya hewan lainnya.
Punya Dua Sensor
Kecoak punya dua sensor unik, yaitu di bagian antena kepala dan kaki belakang hingga bagian perut dengan rambut halus. Dengan dua sensor itu, kecoa dapat mempertahankan dirinya.
Jika sistem antena depan dan belakang mendapat rangsangan secara tiba-tiba, maka reaksi kecoa sangat cepat. Bahkan lebih cepat daripada kedipan mata dan pelari tercepat sekalipun.
Robot Kecoa untuk Membantu Manusia?
Berkat kehebatan kecoa dalam melewati celah sempit dan dua sensor uniknya, para ilmuwan asal Amerika Serikat jadi terinspirasi untuk membuat robot.
Bahkan dalam risetnya, Bapak Robert Full yang merupakan Profesor Biologi dari Universitas Colifornia, Berkeley, mengatakan bahwa kecoa telah mengajarkan suatu prinsip desain yang sempurna. Riset ini dipublikasikan di Jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Berdasarkan hasil penelitian, akhirnya dirancanglah robot yang dapat berjalan dan melewati rintangan tersulit. Robot ini dibuat dengan tinggi 7,6 sentimeter dan beratnya hanya sekitar 46 gram. Robot kecoa ini berfungsi sebagai robot pencari dan penyelamat untuk menemukan korban bencana alam maupun pengeboman. Uniknya, robot ini dibuat dengan teknik seperti membuat origami, teman-teman.
Berbeda dengan negara Amerika, Rusia mengembangkan robot kecoa untuk mengumpulkan informasi intelejen. Robot tersebut dikembangkan oleh ilmuwan dan insinyur di Immanuel Kant Baltic Federal University.
Penulis | : | Eka Kartika |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR