Sambil berjalan-jalan, Paman menceritakan satu per satu makna dari bangunan, patung Buddha, dan keindahan arsitektur di sana. Paman sangat ahli menceritakan sejarah tempat itu.
Alya senang sekali bisa pergi bersama Paman, bukan hanya menikmati keindahannya, tetapi juga mendengar cerita sejarahnya.
Paman melanjutkan perjalanan. Kali ini melewati jalanan yang sempit.
“Sudah lelah Alya?” tanya Paman. Alya menggeleng sambil tersenyum. “Hanya sedikit haus Paman,” jawab Alya. Paman mengangguk dan tersenyum.
“Alya, kita tidak akan melewati jalan besar ya, kita akan lewat jalan-jalan sempit,” kata Paman Kitti. Alya mengangguk. Ia sangat penasaran akan ada apa lagi yang ingin ditunjukkan Paman Kitti kepadanya.
Mereka pun melanjutkan perjalanan.
“Wah ternyata ada jalanan seperti ini di Bangkok, ya, Paman, mirip seperti di Jakarta,” kata Alya. Paman mengangguk.
“Jika kita berjalan kaki, maka akan lebih banyak hal yang bisa kita lihat. Melewati jalan sempit adalah salah satu cara agar kita benar-benar melihat kenyataan kehidupan di sini,” kata Paman.
“Iya benar sekali Paman, Alya senang sekali bisa diajak lewat sini,” jawab Alya.
Pandangan Alya mengarah pada sebuah pintu di sebelah kanan. Pintu itu seperti menyatu dengan pohon.
Cekrek!
Suara kamera Paman Kitti mengagetkan Alya. Mereka pun tertawa bersama.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR