Pagi harinya, Ivan Banteng bertanya kepada Pangeran ivan, “Bagaimana keadaan tadi malam?”
“Oh, aman-aman saja,” angguk Pangeran Ivan dengan santai. “Semuanya begitu sunyi, bahkan tidak ada satu helai daun pun yang bergerak.”
Ketiga Ivan kini melanjutkan perjalanannya ke negara besar lainnya. Mereka berkuda dan terus berkuda. Saat sore hari, mereka kembali ke kemah mereka di dekat jembatan batu. Sekarang, giliran Ivan Dayang yang berjaga malam.
Lagi-lagi, malam itu, Ivan Banteng tidak bisa tertidur. Akhirnya, ia pun keluar untuk melihat bagaimana keadaan Ivan Pelayan. Ivan Banteng kecewa ketika melihat Ivan Dayang tertidur nyenyak. Ia mendengkur sangat keras hingga membuat jembatan batu bergoyang.
Ivan Banteng baru akan membangunkannya, ketika ia melihat ada makhluk yang besar di ujung jembatan. Ternyata itu naga besar berkepala enam yang menunggang kuda. Semula, kuda itu melangkah gagah. Namun, tiba-tiba kuda itu tertunduk lemas.
“Kenapa kamu lemas, kudaku yang perkasa?” seru Naga Kepala Enam.
“A… aku sangat takut...” jawab kuda itu terbata-bata.
Naga Kepala Enam meraung sambil tertawa, “Apa yang kamu takutkan? Hanya satu makhluk di bumi ini yang harus kita takuti! Si Ivan Banteng!”
“Itu aku!” teriak Ivan Benteng menggelegar. Ia langsung menghampiri Naga Kepala Enam dan menyerang dengan pedangnya. Dalam waktu singkat, Naga Kepala Enam pun berhasil dikalahkan. Pada malam kedua itu, Ivan Banteng menyelamatkan kedua saudaranya untuk kedua kalinya. Ia membiarkan kuda milik si naga berlari pergi dengan bebas.
Pagi harinya, Ivan Banteng bertanya kepada Ivan Dayang, “Apakah kau menikmati suasana tadi malam?”
“Oo, tentu saja,” angguk Ivan Dayang dengan santai. “Semuanya begitu sunyi, bahkan rumput-rumputpun tidak ada yang bergesekan.”
Begitulah… Pada hari yang ketiga, ketiga Ivan berkuda di padang rumput yang sangat luas. Namun sore tiba, mereka kembali ke kemah mereka.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Dok. Majalah Bobo / Folkore |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR