Wanita itu adalah salah satu tamu pesta. Ketika kembali ke tempat pesta, ia menceritakan hal itu pada Jenderal Vladimir. Betapa marahnya Vladimir. Ia menyangkal cerita Anatoli dan tetap tak mengakuinya sebagai adiknya.
Vladimir lalu menyuruh prajurid lainnya untuk membawa Anatoli ke kurungan. Ia dihukum beberapa hari dan tidak diberi makan dan minum.
Perbuatan Jenderal Vladimir membuat Anatoli sangat kecewa pada kakaknya. Karena tidak tahan lagi, pada hari ia dibebaskan, Anatoli akhirnya lari dari resimennya. Ia berlari dan terus berlari, entah kemana kakinya melangkah.
Anatoli akhirnya sampai di hutan yang jauh. Ia memutuskan untuk tinggal di situ. Tinggal di hutan tentu lebih baik, walau hanya makan buah-buahan liar. Daripada harus melihat kakak kandung yang berbuat tidak adil pada adiknya sendiri. Begitulah pikir Anatoli.
Suatu hari, Raja Peter yang Agung berkuda ke hutan itu bersama seorang pemburu. Di tepi hutan, seekor serigala melompat keluar dari antara tumbuhan pakis. Raja Peter langsung memacu kudanya mengejar. Serigala itu melompati semak-semak dan bebatuan dengan lincah. Raja Peter tetap mengikutinya.
Sayangnya, pada akhirnya serigala itu bisa meloloskan diri. Kini tinggallah Raja Peter seorang diri di tengah hutan. Ia melihat ke sekeliling. Yang ada hanyalah pepohonan dan semak-semak lebat. Pemburu yang tadi diajaknya sebagai petunjuk jalan, kini entah kemana.
Di sisa hari itu, Raja Peter yang Agung mencoba mencari jalan keluar dari hutan itu. Namun semua sia-sia. Tiba-tiba, ia mendengar suara orang menyanyi tak jauh darinya. Ia mencari asal suara itu dan melihat Anatoli yang berpakaian prajurid, duduk di batuan besar.
“Selamat siang, Prajurit!”
“Selamat siang juga,” ujar Anatoli terkejut. “Anda siapa?” tanya Anatoli. Ia tak mengenali Raja Peter sebab Raja tidak memakai pakaian kerajaan.
“Aku salah satu pelayan Raja yang Agung. Aku tersesat saat berburu. Tolong tunjukan jalan keluar dari hutan ini.”
“Aku akan menunjukanmu jalan keluar, tapi tidak hari ini. Sekarang sudah terlalu malam dan kau tidak mungkin sampai ke kota. Bermalamlah di hutan ini.”
Sebenarnya, Raja Peter tidak setuju dengan usul itu. Namun ia tak punya jalan keluar lain. “Baiklah. Tapi apa mungkin kita bermalam disini? Bukankah hewan buas memburu mangsa saat malam hari?” keluh Raja Peter.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR