“Hmm..., benar juga. Kalau begitu, ayo kita lihat sekeliling,” ajak Anatoli. “Mungkin saja ada gubuk di dekat sini.”
Mereka lalu mendaki pohon yang tinggi, lalu melihat ke sekeliling dengan seksama. Mereka mellihat cahaya yang berkelap-kelip tidak jauh dari tempat itu.
“Mau kesana?” tanya Anatoli. “Mungkin saja kita bisa bermalam di sana.”
Raja Peter setuju. Maka mereka lalu berjalan bersama. Di saat itu, Raja Peter mulai bertanya pada Anatoli, “Kau berasal dari resimen mana?”
“Aku tidak layak berada di resimen manapun, temanku. Aku melarikan diri dari resimenku,” ujar Anatoli sedih.
“Oh, mengapa kau melarikan diri?”
Anatoli bercerita tentang kakaknya, sang Jenderal Vladimir yang tak mau mengakuinya sebagai adiknya.
Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah gubuk kecil. Mereka menambatkan kuda-kuda mereka dan mengetuk pintu gubuk itu. Seorang wanita tua membuka pintu rumahnya dengan dahi berkerut.
“Nek, apakah Nenek punya sesuatu untuk kami makan?” tanya Anatoli ramah. “Kami juga mau menumpang tidur. Di loteng juga tidak apa-apa, Nek.”
“Aku tidak punya apapun untuk dimakan,” gerutu si Nenek.
“Tapi, sepertinya aku mencium aroma daging panggang,” ujar Anatoli.
Ia melangkah masuk ke arah perapian dan mengambil seekor domba panggang dari tungku. Di dapur, Anatoli menemukan makanan yang cukup untuk seluruh resimen. Mereka makan, minum, dan menuju loteng untuk beristirahat.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR