Siapa yang suka menari tarian tradisional? Ada satu tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang bernama Tari Kipas Pakarena. Kita simak, yuk!
Sejarah Tarian
Nama tarian ini adalah Tari Kipas Pakarena. Kata pakarena diambil dari bahasa setempat karena yang berarti main. Jadi, tarian ini berarti tarian sambil memainkan kipas.
Tarian ini berasal dari daerah Gowa di Sulawesi Selatan. Tari Kipas Pakarena dipercaya sebagai salah satu tarian peninggalan Kerajaan Gowa yang dulu pernah berjaya di Sulawesi Selatan. Tarian ini diwariskan turun temurun dan menjadi tradisi yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Mitos
Menurut mitos yang beredar di masyarakat setempat, tarian ini diciptakan dari gerakan-gerakan tubuh dan kaki. Alkisah pada zaman dahulu, penghuni boting langi (Negeri Khayangan) berpisah dengan penguni lino (Bumi).
Sebelum berpisah, penghuni boting langi mengajarkan penghuni lino bagaimana cara bercocok tanam, beternak, dan berburu. Nah, gerakan-gerakan itulah oleh penghuni lino digunakan sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur mereka kepada penghuni boting langi.
Ditampilkan Saat Acara
Tari Kipas Pakarena ini ditampilkan sebagai bagian dari upacara adat. Tapi tak jarang juga tarian ini ditampilkan sebagai hiburan. Bagi masyarakat Gowa, tarian ini sebagai ungkapan syukur atas semua hal yang telah mereka dapatkan.
Pertunjukan Tarian
Tarian ini biasanya dilakukan oleh 5 sampai 7 orang penari perempuan. Dengan menggunakan pakaian adat, para penari menunjukkan sifat perempuan Gowa yang lembut, sopan, penuh kasih, dan patuh.
Ada gerakan yang berputar searah jarum jam untuk melambangkan siklus hidup manusia. Ada juga gerakan naik turun yang melambangkan roda kehidupan yang terkadang berada di atas dan terkadang berada di bawah.
Pengiring Tarian
Tari Kipas Pakarena ini diiringi dengan permainan musik tradisional, yaitu tabuhan Gandrang Pakarena dan bunyi suling. Biasanya ada 7 orang yang memainkan alat musik tradisionalnya.
Kalau tarian menunjukkan sisi perempuan, tabuhan Gandrang Pakarena ini menunjukkan sisi laki-laki, lo. Pukulan pada alat musik ini menggambarkan sifat laki-laki Gowa yang keras dan tegas.
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR