Holmes telah duduk selama beberapa jam dalam keheningan. Tubuhnya melengkung, tekun mengutak-atik ramuan kimia berbau busuk yang sedang digodok. Watson menatap sahabatnya itu. Di mata Watson, Holmes tampak seperti burung kurus dengan bulu abu abu dan memakai atasan hitam bersimpul.
"Jadi, Watson," kata Holmes, tiba-tiba, "Kamu mau berbisnis di Afrika Selatan, kan?"
Watson menatap Holmes dengan terkejut. "Kamu tahu darimana isi pikiran saya, Holmes?”
Holmes memutar bangkunya sambil memegang tabung reaksi mengepul di tangannya. Matanya tampak bersinar geli. "Watson, kamu mengaku, kalau kamu betul-betul kaget, kan?" katanya.
"Saya memang kaget. Kamu tahu darimana?" Kata Watson.
"Kalau begitu, kamu harus menandatangani surat perjanjian dulu! Baru saja jawab,” kata Holmes sambil tetap tersenyum geli.
"Mengapa?"
"Karena dalam lima menit, kamu pasti akan bilang, ‘Oo pantas saja kamu tahu. Itu, kan, gampang sekali!’”
"Iyaaa, saya memang pasti akan ngomong begitu. Cepat, ceritakan saja. kamu tahu darimana?” tanya Watson penasaran.
"Caranya mudah, Watson" Holmes menyandarkan tabung percobaan di rak, dan mulai bicara seperti pak guru di kelas.
"Berdasarkan beberapa bukti yang sederhana, saya bisa mengambil kesimpulan. Dengan memeriksa celah di antara jari telunjuk dan ibu jari kiri kamu, saya bisa tahu, kalau kamu tidak berminat berbisnis di bidang emas!” kata Holmes lagi.
“Apa hubungan celah jariku dengan bisnisku?" tanya Watson makin penasaran.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR