Bobo.id – Teman-teman pernah memerhatikan, tidak? Saat presiden sedang melakukan suatu kegiatan di luar istana negara, ada beberapa laki-laki berbadan tinggi tegap yang mengikuti presiden.
Sebenarnya siapa, sih, mereka?
Nah, mereka adalah para pasukan pengawal presiden atau disingkat dengan “paspampres”.
Dipilih dengan Ketat
Tidak semua orang bisa menjadi pengawal presiden, lo, teman-teman.
Para pasukan pengawal presiden ini dipilih dengan ketat dari para tentara angkatan darat, laut, dan udara.
Mereka harus sudah terlatih serta memiliki keahlian khusus seperti menembak tepat sambil berjalan dan berlari, berenang dengan kecepatan tinggi tanpa menggunakan alat bantu, dan mampu membaca gerakan serta ekspresi yang mencurigakan.
BACA JUGA: Ini Dia Penjaga Wilayah Udara Indonesia, Apa Saja Tugasnya?
Rela Terluka Demi Presiden
Menjadi pengawal presiden, berarti siap untuk terluka dan bahkan mati untuk menjaga nyawa presiden beserta keluarga presiden.
Misalnya saja, saat presiden hendak makan di suatu acara, para pengawal presiden akan mencicipi terlebih dahulu seluruh makanan untuk memeriksa keamanannya.
Jika dalam makanan terkandung racun, tentu saja para pengawal bisa mati saat itu juga. Wah, luar biasa, ya, teman-teman, para pengawal ini!
BACA JUGA: Jamur Amanita, Si Cantik yang Beracun
Tetap Ramah
Meskipun bekerja untuk menjaga presiden dari serangan orang-orang jahat, bukan berarti pengawal presiden pemarah atau suka membentak.
Seluruh pengawal presiden dilatih untuk tetap bersikap ramah. Apalagi ketika presiden berada dalam acara yang dikelilingi banyak orang.
BACA JUGA: Tertarik Ingin Jadi Paspampres Saat Dewasa Nanti? Lihat 6 Faktanya
Paspampres harus mampu mengatur kerumanan dengan ramah tapi tetap harus waspada.
Meskipun begitu, menjadi pengawal presiden adalah suatu kebanggaan, lo, teman-teman, karena tidak semua orang bisa melakukannya.
Nah, bagaimana? Apakah kamu mau menjadi salah seorang pengawal presiden jika sudah besar nanti?
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Retno Nurul Aisyah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR