Ternyata, menurut Donald Pease, Dr. Seuss pernah mengunjungi Kenya di tahun 1970, teman-teman.
Dr. Seuss dan istrinya tinggal di sebuah penginapan di Nanyuki, dan di sanalah ia menuliskan 90 persen cerita The Lorax.
Cerita The Lorax pun diterbitkan di tahun 1971.
Wah, apakah mungkin The Lorax digambarkan seperti monyet patas di Afrika?
Monyet patas sendiri punya ciri kumis berwarna putih di wajahnya, teman-teman.
Menurut peneliti Nathaniel, Monyet Patas juga sangat bergantung pada pohon akasia unuk mencari makanan.
Ini juga menjadi tanda baginya karena dalam cerita, karakter The Lorax adalah "perwakilan" dari pohon-pohon.
Baca Juga : Kulit Gajah Asia dan Gajah Afrika Berbeda, lo! Mengapa Begitu?
Namun menurut beberapa peneliti lain, ini tidak masuk akal karena semua monyet bergantung pada pohon untuk mencari makanan.
Nathaniel dan Donald kemudian menggunakan sebuah aplikasi analisis wajah yang dikembangkan ahli antropologi di New York.
Rupanya aplikasi ini mengelompokkan wajah The Lorax ke dalam kategori monyet biru atau monyet patas.
Ada juga persamaan antara The Lorax dengan monyet patas yaitu postur tubuhnya, karena The Lorax bisa berdiri tegak dan monyet patas banyak menggunakan kaki depannya untuk mengambil buah.
Baca Juga : Monyet Paling Kecil di Dunia, Beratnya Hanya 5 Ons Saja, lo!
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | Nature |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR