Pangeran Taka tidak mengerti arti perkataan nenek itu. Tahun demi tahun pun berlalu. Ia tumbuh semakin dewasa, namun tubuhnya semakin lemah dan sakit-sakitan. Pangeran Taka tidak selera makan. Tubuhnya kurus dan wajahnya pucat tidak sehat.
Raja Nusa tidak tahu, penyakit apa yang diderita anaknya. Ia memanggil tabib untuk memeriksa Pangeran Taka. Namun tak ada yang bisa menemukan penyebab penyakitnya. Karena penasaran, Raja Nusa bertanya pada putranya, apa penyebab pertama ia menderita penyakit itu.
“Bertahun-tahun lalu, aku tiga kali berturut-turut sengaja memecahkan kendi seorang nenek. Nenek itu marah dan sepertinya mengutuki aku. Itu sebabnya aku sakit begini. Tabib tak akan bisa menyembuhkan aku,” kata Pangeran Taka.
“Ayah, aku rasa, aku bisa sehat kembali kalau berhasil bertemu Putri Hening. Aku harus membuat putri itu berbicara. Ijinkanlah aku pergi mencarinya. Supaya aku terbebas dari kutukan ini,” ujar Pangeran Taka lagi.
Raja Nusa sadar, Pangeran Taka bisa meninggal kalau penyakit misteriusnya tidak sembuh. Maka, dengan berat hati, ia mengijinkan Pangeran Taka pergi dengan membawa seorang pelayan setia.
Malam itu juga, Pangeran Taka dan pelayannya memulai perjalanan mencari Putri Hening. Di perjalanan, kadang mereka lupa tidur dan makan. Enam bulan kemudian, penampilan mereka sudah seperti sepasang pengembara kumal. Tidak ada yang mengira kalau mereka adalah pangeran dan pelayannya.
Baca Juga : Punya Tanda Lahir? Ternyata Ini yang Menyebabkan Kita Memilikinya!
Pada suatu hari, mereka tiba di puncak sebuah gunung. Bebatuan dan tanah di puncak gunung itu, tampak berkilau cemerlang bagai matahari. Pangeran Taka dan pelayannya menjadi takjub. Mereka berjalan mengelilingi puncak gunung itu. Pada saat itu, seorang kakek mendekati mereka.
“Kek, apa nama gunung ini?” tanya Pangeran Taka.
“Ini gunung Putri Hening. Ia dinamakan begitu karena tak mau bicara sepatah katapun. Sang Putri selalu mengenakan kerudung tujuh lapis. Kerudung itu menutupi seluruh kepala, wajah, sampai pinggangnya,” kata kakek itu.
Pangeran Taka dan pelayannya gembira karena berhasil mendapatkan petunjuk tentang Putri Hening.
“Kek, apa kami boleh tahu. Dimana Putri Hening tinggal?” tanya Pangeran Taka lagi.
“Kalian harus berjalan lagi selama enam bulan dan tiba di puncak gunung lain. Di sanalah letak kastil Putri Hening. Tapi di tempat itu, banyak sekali pemuda yang dikurung di penjara bawah tanah, hanya karena gagal membuat Putri Hening mengucapkan sepatah kata,” cerita kakek itu.
Kata-kata kakek itu membuat Pangeran Taka dan pelayannya terkejut. Namun tidak membuat mereka takut. Setelah berterimakasih pada kakek itu, mereka pun melanjutkan perjalanan. Enam bulan kemudian, mereka tiba di puncak gunung lain.
"Aku sangat lelah. Mari kita istirahat di kedai kopi itu. Kita bisa minta penjelasan juga pada orang-orang di sana,” kata Pangeran Taka.
Maka, pangeran dan pelayannya itu lalu masuk ke dalam kedai kopi. Di dalamnya, ternyata ada penduduk desa dan beberapa pemuda yang datang dari negeri-negeri jauh. Pangeran Taka dan pelayannya memberi salam pada penduduk desa itu satu demi satu.
“Apakah kalian tahu, dimana kediaman Putri Hening?” tanya Pangeran Taka pada mereka.
Baca Juga : Wah, Seekor Kadal Lidah Biru Berkepala Dua Ditemukan di Australia