Wah, Erupsi Gunung Anak Krakatau Terekam Satelit Ruang Angkasa, Lihat Bagaimana Rekamannya, yuk!

By Tyas Wening, Senin, 13 April 2020 | 18:35 WIB
Rekaman erupsi Gunung Anak Krakatau dari ruang angkasa (Instagram/@lapan_ri)

Bobo.id - Pada Jumat, 10 April kemarin, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi, nih, teman-teman.

Salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang terletak di Lampung ini mengalami erupsi pada pukul 21.58 WIB.

Akibat dari erupsi ini, tinggi kolom abu yang dihasilkan oleh Gunung Anak Krakatu mencapai ketinggian sekitar 500 meter.

Namun letusan itu ternyata tidak hanya sekali, karena menurut Pak Agus Wibowo, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Gunung Anak Krakatau terus meletus dan erupsi hingga pagi, sekitar pukul 05.00.

Baca Juga: Warga Jakarta dan Sekitarnya Mendengar Dentuman Keras Dini Hari Tadi, Apa Benar Karena Erupsi Gunung Anak Krakatau?

Nah, aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatu ini ternyata sempat terekam oleh satelit cuaca.

Rekaman aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau yang terlihat dari ruang angkasa ini dibagikan oleh LAPAN atau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.

Kita lihat penjelasan dan detail erupsi Gunung Anak Krakatau dari ruang angkasa yang terjadi pada Jumat, 10 April lalu, yuk!

Erupsi Gunung Anak Krakatau Terekam Citra Satelit Cuaca

Erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi pada Jumat, 10 April 2020 lalu ternyata tidak hanya terekam di pos pemantauan Gunung Anak Krakatau saja, nih.

Peristiwa erupsi ini juga terekam oleh satelit cuaca milik LAPAN pada 10 - 11 April lalu.

Video erupsi Gunung Anak Krakatau dari ruang angkasa ini sudah diunggah oleh akun Instagram dan Twitter resmi milik LAPAN.

Dari citra termal satelit Himawari, terlihat bahwa kejadian erupsi dari Gunung Anak Krakatau berpengaruh besar pada lingkungan sekitar, juga punya dimensi yang luas.

Baca Juga: PSBB di Depok, Bogor, dan Bekasi Sudah Disetujui Kemenkes

Masih dari satelit Himawari, erupsi Gunung Anak Krakatau juga memperlihatkan, bahwa pada Jumat (10/4/2020) pukul 23.10 Gunung Anak Krakatau mengeluarkan abu vulkanik yang radiasi panasnya terekam oleh satelit, seperti dijelaskan oleh peneliti ahli utama LAPAN, profesor Dony Kushardono.

Lalu pada pukul 23.50 hingga 24.00, abu vulkanik yang keluar dari Gunung Anak Krakatau semakin membesar dan tinggi.

Setelah itu, debu vulkanik terlihat bergerak ke arah barat daya, yaitu ke Pulau Sumatra bagian selatan.

Semburan debu vulkanik yang mengarah ke barat ini terlihat masih terjadi hingga pukul 05.00 keesokan harinya.

Baca Juga: Dampak Lockdown, untuk Pertama Kalinya dalam 30 Tahun, Gunung Himalaya Terlihat dari India

Letusan Gunung Anak Krakatau Tidak Menyebabkan Perluasan Kawah yang Signifikan

Setelah merekam citra Gunung Anak Krakau menggunakan satelit cuaca Himawari, LAPAN kembali mengamati erupsi Gunung Anak Krakatau menggunakan satelit, yaitu LAPAN-A2/LAPAN-ORARI.

Satelit ini merekam Gunung Anak Krakatau secara visual, yang menunjukkan erupsinya memiliki luas cakupan hingga 7 x 7 meter.

Selain itu, erupsi yang terjadi pada tanggal 11 April 2020 pukul 10.00 WIB ini memiliki abu dan asap letusan yang mengarah ke sisi utara.

Dari pengamatan ini, terlihat kalau lokasi sumber asap menandakan posisi kawah masih sama sebelum letusan terjadi.

Ini artinya, letusan yang terjadi pada Jumat, 10 April 2020 lalu tidak menyebabkan adanya perluasan kawah secara signifikan.

Terdengar Dentuman Aneh saat Gunung Anak Krakatau Erupsi

Kejadian erupsi Gunung Anak Krakatau ternyata membuat pengguna media sosial menjadi ramai, nih.

Baca Juga: Sering Diucapkan Setiap Hari, Banyak yang Belum Tahu Arti Kepanjangan 7 Kata Singkatan Ini!

Sebabnya, para pengguna media sosial menyebut ada dentuman keras yang terdengar saat Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi.

Namun, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) menyebut suara dentuman yang ramai dibahas di media sosial bukan berasal dari letusan Gunung Anak Krakatau.

Setelah melakukan konfirmasi dengan petugas di pos pengamatan, Pak Hendra Gunawan yang merupakan Kepala Budang Mitigasi Gunung Api mengatakan kalau para petugas tidak mendengar suara apapun, karena letusannya yang kecil.

Baca Juga: Terlalu Sering Menatap Layar Ponsel atau Komputer Selama di Rumah? Ini 7 Cara Mencegah Mata Lelah

Menurutnya, erupsi gunung yang terletak di Selat Sunda dalam wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, itu cuma mengeluarkan semburan dengan ketinggian berkisar 500 meter.

Ia menyebut letusan yang terjadi pada Jumat malam juga bukan merupakan letusan eksplosif dan cuma semburan.

Terlebih, saat erupsi terjadi, dalam jarak dua kilometer hanya akan terdengar suara desis saja.

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id

Tonton video ini juga, yuk!