Kolak Ayam Berkembang Menjadi Tradisi saat Bulan Puasa
Setelah semua bahan-bahan pembuat kolak ayam terkumpul, para warga bersama Sunan Dalem kemudian mengolahnya.
Ayam yang sudah dibersihkan dan direbus kemudian disuwir-suwir seperti membuat soto ayam dan kemudian dimasak dengan bumbu-bumbu yang sudah dikumpulkan.
Karena pembuatan kolak ayam itu berlangsung pada bulan puasa, maka Sunan Dalem memerintahkan para warga untuk pulang ke rumah masing-masing.
Sunan Dalem meminta mereka untuk kembali lagi saat waktu buka puasa tiba untuk bersama-sama menikmati kolak ayam.
Baca Juga: Mengenal Masyarakat Bugis Makassar dan Pembuat Kapal Pinisi di Video Ini
Sunan Dalem juga memerintahkan para warga yang kembali pada sore hari membawa nasi dan ketan yang akan dinikmati bersama dengan kolak ayam.
Nah, pada saat waktu berbuka puasa, para warga kembali ke masjid dengan membawa nasi dan ketan untuk menikmati kolak ayam ini.
O iya, kolak ayam ini disebut juga sebagai sanggring yang diambil dari kata sang atau raja dan gering yang berarti sakit.
Baca Juga: Bahasa Tionghoa Termasuk Bahasa Tertua di Dunia, Ayo, Cari Tahu Bahasa Tertua Lainnya!
Sejak saat itulah, tradisi makan kolak ayam ini dijadikan tradisi berbuka puasa bersama di masjid dan disebut sebagai "malem patlikur" atau malam tanggal 24.
Itu karena buka puasa bersama menggunakan kolak ayam ini dilakukan pada 23 Ramadan.