Dolala merasa hangat dan bersemangat lagi. Apalagi, tadi malam, Pak Damdam sudah membersihkannya dan menambah cat berkilat di seluruh tubuh kayu Dolala.
Usaha Pak Damdam ternyata langsung ada hasilnya. Tak lama kemudian, datang seorang ibu yang tertarik pada Dolala. Ada label nama di baju seragamnya. Prita.
“Boneka kayu yang kuat. Aku memang perlu boneka yang seperti ini. Wah, harganya juga murah,” gumam Bu Prita gembira.
Ia lalu mengambil boneka itu dan memberikannya pada Pak Damdam di meja kasir.
Pak Damdam memasukkan Dolala di kantong kertas, bukan di dalam dus seperti boneka-boneka mahal di toko itu. Dolala jadi merasa iba pada dirinya sendiri.
“Ayahku dulu menamakan boneka ini Dolala. Dolala pasti senang karena bisa bertualang keluar dari toko ini. Dia sudah 25 tahun berada di sini,” kata Pak Damdam ketika menyerahkan Dolala pada Bu Prita.
Ketika Bu Prita membawa Dolala keluar dari toko Pak Damdam, Dolala mulai cemas. Ia tidak yakin akan dibawa ke tempat yang menarik.
Dolala ngeri membayangkan dirinya dibawa ke museum boneka. Museum yang penuh dengan boneka-boneka kuno yang angker.
Baca Juga: Jangan Dikopek! Inilah Cara Tepat untuk Mengatasi Kulit yang Mengelupas