Menjelang sore, ketiga saudara laki-lakinya pulang dari berburu. Ketika membuka pintu rumah, mereka terkejut melihat adik mereka terbaring di lantai. Mereka menangis, meratap sangat sedih. Ketika sudah merasa agak tenang, barulah mereka mempersiapkan pemakaman Nar Tanesi.
Karena Nar Tenesi tampak seperti sedang tidur, mereka meletakkannya di dalam peti emas dengan tutup kaca. Mereka lalu membawanya ke atas bukit di hutan, dan menggantung peti itu di antara dua pohon.
Pada saat itu, lewatlah di bukit itu Shahzada. Ia putra seorang sultan dari negeri lain. Pada saat sedang berburu, ia melihat peti emas yang tergantung di pepohonan. Melalui kaca penutupnya, ia melihat Nar Tanesi yang cantik sedang terbaring tidur.
Shahzada lalu membawa peti itu ke istananya. Ia memasukkannya ke sebuah kamar kosong, lalu mengunci pintunya. Setiap hari sepulang berburu, Shahzada akan menengok Nar Tanesi. Ia berharap ada tabib yang bisa membangunkan gadis cantik itu.
Pada suatu hari, terjadi peperangan antara kerajaan ayah Shahzada dan kerajaan lain. Sultan terpaksa harus pergi untuk ikut berperang. Namun karena ia sudah tua, penasihat kerajaan mengusulkan agar Shahzada saja yang pergi berperang menggantikannya. Sultan lalu memanggil putranya itu dan mengutusnya untuk pergi ke medan perang.
Shahzada menerima tugas itu dengan lapang dada. Sebelum berangkat, ia menengok Nar Tanesi lagi. Shahzada berjanji di dalam hati, akan mencari tabib untuk membangunkan Nar Tanesi di saat ia kembali dari medan perang. Shahzada lalu mengunci ruangan itu dan melarang siapapun masuk ke dalamnya selama ia pergi. Ia lalu berangkat untuk berperang.
Pangeran Shahzada mempunyai seorang pelayan muda. Pelayan ini selalu ingin tahu. Setelah mendengar larangan Shahzada, ia malah ingin tahu ada apa di dalam kamar itu. Maka, diam-diam, ia merusak kunci pintu dan masuk ke dalam kamar itu.