Bobo.id - Teman-teman sudah tahu manfaat mendongeng, kan? Mendongeng bisa membuat kita menjadi cerdas.
Nah, hari ini ada dongeng anak yang berjudul Jepitan Ajaib.
Jangan lupa untuk membaca dongeng atau minta orang tuamu untuk mendongeng untukmu, ya!
-----------------------------
Baca Juga: Dongeng Anak: Patung Kurcaci Taman #MendongenguntukCerdas
Sultan Bahadir memiliki putri yang sangat cantik. Konon, kecantikannya tak ada duanya di dunia. Namanya Nar Tanesi atau si Kecil Delima. Sultan Bahadir mempunyai sepupu perempuan yang juga cantik bernama Feray. Gadis ini tinggal di istana Sultan Bahadir juga.
Feray memiliki jin ajaib yang dikurungnya di sebuah kamar kosong. Setiap malam, Feray yang cantik bertanya pada jin itu,
"Bulan itu sangat cantik. Apakah saya secantik bulan itu?"
"Semua yang ada padamu sangat cantik...” begitu selalu jawaban si jin.
Setelah terhibur mendengar pujian jin itu, sepupu Sultan Bahadir segera mengunci kamar itu kembali.
Suatu hari, putri Nar Tanesi sedang berjalan-jalan di istana. Jin itu mengintip dari lubang angin. Ketika melihat Nar Tanesi, ia seketika kagum melihat kecantikan putri Sultan Bahadir itu. Maka, ketika esok malamnya Feray datang lagi dan bertanya, jin itu mengubah jawabannya,
"Bulan itu sangat cantik. Semua yang ada padamu sangat cantik juga. Tapi Nar Tanesi adalah yang paling indah dan cantik dari semuanya."
Baca Juga: Api Abadi Mrapen Padam untuk Pertama Kalinya, Apa Penyebabnya?
Feray sangat marah. Kini jin itu lebih kagum pada keponakannya daripada dirinya. Maka, suatu hari, Feray mengajak Nar Tanesi berkuda. Mereka berkuda cukup jauh sampai di sebuah padang rumput. Karena sangat jauh, Nar Tanesi kelelahan dan berbaring di bawah pohon. Ketika dia tertidur, Feray meninggalkannya dan bergegas kembali ke istana dengan membawa kuda Nar Tanesi.
Ketika Nar Tanesi terbangun, ia sangat ketakutan. Ia tidak melihat bibinya dan kudanya. Ia menangis karena tak tahu arah pulang. Ia berlari kesana kemari ketakutan. Jeritan kesedihannya bergema di antara hutan dan padang rumput itu.
Pada saat itu, ada tiga kakak beradik laki-laki sedang berburu di hutan. Mereka menemukan gadis yang malang itu. Mereka iba dan mengajak Nar Tanesi untuk tinggal di rumah mereka dan menjadi adik perempuan mereka.
Sejak hari itu, Nar Tanesi tinggal di rumah ketiga pemuda itu. Setiap hari mereka pergi berburu ke hutan. Ketika kembali, mereka membawa pulang hasil buruan. Nar Tanesi memasaknya dan menyiapkan makan malam untuk mereka semua. Hari-hari mereka berlalu dengan bahagia.
Berita tentang kecantikan luar biasa Nar Tanesi menyebar luas. Kini banyak orang yang tahu tentang kisah tiga bersaudara yang menemukan gadis cantik di hutan. Gadis cantik itu kini dijadikan adik perempuan mereka.
Berita tentang Nar Tanesi ini sampai juga ke telinga Feray. Sepupu Sultan Bahadir ini sangat marah karena keponakannya masih hidup. Ia mengira Nar Tanesi telah dimakan binatang buas.
Baca Juga: Jangan Diabaikan! Sakit Pinggang Bisa Pertanda Penyakit Ginjal, Ini Cirinya
Feray akhirnya pergi ke rumah penyihir sakti.
“Apa yang harus aku lakukan untuk menyingkirkan Nar Tanesi?” tanyanya.
Penyihir sakti itu memberi dua jepitan ajaib pada Feray. “Jika kedua jepitan ini dijepit ke rambut gadis itu, maka dia akan tertidur selamanya bagai mati,” kata penyihir itu.
Feray lalu menyamar menjadi penjual yang miskin. Ia memakai jubah panjang dan menutup wajahnya dengan selendang. Ia membawa keranjang yang berisi berbagai barang jualan, dan pergi ke tempat Nar Tanesi.
Pada saat itu, ketiga saudara laki-laki Nar Tanesi sedang pergi berburu. Ia mengunci pintu rumahnya. Ketika Feray mengetuk pintu rumahnya, sesuai pesan ketiga kakaknya, ia tidak menjawab.
"Oh, anakku," teriak Feray dengan suara yang dibuat parau, "Mengapa kau tidak mau membuka pintu? Aku datang dari kota yang jauh untuk ketiga putraku. Terimalah oleh-oleh dariku.”
Melalui celah pintu, Nar Tanesi menjawab, “Pintunya terkunci."
"Anakku," kata Feray lagi, "Aku dengar, ketiga putraku telah mengangkatmu menjadi adik perempuan mereka. Itu artinya, kau telah menjadi putriku juga. Itu sebabnya, aku bawakan kau hadiah beberapa jepit rambut. Letakkan kepalamu di dekat celah pintu. Mungkin aku bisa menyelipkan jepit rambut ini ke rambutmu!”
Tanpa curiga apa-apa, gadis itu menaruh kepalanya di dekat celah pintu. Feray buru-buru memasukkan satu per satu jepitan rambut lewat celah. Begitu kedua jepitan itu terselip di rambut Feray, gadis cantik itu seketika jatuh tertidur di lantai. Feray sangat gembira karena niat jahatnya tercapai. Ia buru-buru kembali ke istana.
Menjelang sore, ketiga saudara laki-lakinya pulang dari berburu. Ketika membuka pintu rumah, mereka terkejut melihat adik mereka terbaring di lantai. Mereka menangis, meratap sangat sedih. Ketika sudah merasa agak tenang, barulah mereka mempersiapkan pemakaman Nar Tanesi.
Karena Nar Tenesi tampak seperti sedang tidur, mereka meletakkannya di dalam peti emas dengan tutup kaca. Mereka lalu membawanya ke atas bukit di hutan, dan menggantung peti itu di antara dua pohon.
Pada saat itu, lewatlah di bukit itu Shahzada. Ia putra seorang sultan dari negeri lain. Pada saat sedang berburu, ia melihat peti emas yang tergantung di pepohonan. Melalui kaca penutupnya, ia melihat Nar Tanesi yang cantik sedang terbaring tidur.
Shahzada lalu membawa peti itu ke istananya. Ia memasukkannya ke sebuah kamar kosong, lalu mengunci pintunya. Setiap hari sepulang berburu, Shahzada akan menengok Nar Tanesi. Ia berharap ada tabib yang bisa membangunkan gadis cantik itu.
Pada suatu hari, terjadi peperangan antara kerajaan ayah Shahzada dan kerajaan lain. Sultan terpaksa harus pergi untuk ikut berperang. Namun karena ia sudah tua, penasihat kerajaan mengusulkan agar Shahzada saja yang pergi berperang menggantikannya. Sultan lalu memanggil putranya itu dan mengutusnya untuk pergi ke medan perang.
Shahzada menerima tugas itu dengan lapang dada. Sebelum berangkat, ia menengok Nar Tanesi lagi. Shahzada berjanji di dalam hati, akan mencari tabib untuk membangunkan Nar Tanesi di saat ia kembali dari medan perang. Shahzada lalu mengunci ruangan itu dan melarang siapapun masuk ke dalamnya selama ia pergi. Ia lalu berangkat untuk berperang.
Pangeran Shahzada mempunyai seorang pelayan muda. Pelayan ini selalu ingin tahu. Setelah mendengar larangan Shahzada, ia malah ingin tahu ada apa di dalam kamar itu. Maka, diam-diam, ia merusak kunci pintu dan masuk ke dalam kamar itu.
Pelayan yang merasa dirinya pintar ini sangat terkejut ketika melhat peti mati.
"Siapa gadis yang tidur di dalam peti mati ini? Mengapa Pangeran Shahzada menjaganya siang dan malam?”
Pelayan ini membuka tutup kaca peti itu dan melihat Nar Tanesa dari dekat. Ia melihat sebuah jepit rambut menempel di rambut Nar Tanesa. Ia mengulurkan tangannya dan mencabut jepitan itu. Seketika, Nar Tanesa berubah menjadi burung dan terbang keluar dari lubang angin.
Waktu pun berlalu. Beberapa bulan kemudian, perang pun berakhir. Pangeran Shahzada pulang kembali ke istananya. Hal pertama yang dilakukannya adalah memeriksa kamar berisi peti emas. Namun ia sangat terkejut ketika tahu peti emas itu telah kosong. Ia sangat marah dan bertanya pada semua penghuni istana.
“Siapa yang masuk ke kamar ini?”
Namun tak ada seorangpun yang tahu. Tak ada yang melihat pelayan yang merasa dirinya pintar itu ketika ia membobol kunci pintu kamar.
Ia memendam kesedihannya sehingga ia akhirnya jatuh sakit.
Anehnya, sejak Shahzada sakit, ada seekor burung yang setiap pagi datang ke taman istana. Ia selalu bertanya pada tukang kebun,
"Bagaimana keadaan Yang Mulia Pangeran Shahzada?"
"Dia sedang tidur," jawab tukang kebun.
"Semoga dia tidur nyenyak dan cepat sembuh,” kata burung itu. "Dan semoga pohon, tempat aku bertengger ini, layu!"
Baca Juga: Bisa Membantu Menjaga Kesehatan Ginjal, Makanan-Makanan Ini Juga Enak dan Segar!
Setiap kali burung itu datang, ia selalu bertanya dan berkata seperti itu pada tukang kebun. Dan setiap hari, selalu ada satu pohon layu. Tukang kebun akhirnya menceritakan hal itu pada Pangeran Shahzada.
“Kalau hal ini terjadi terus, seluruh pohon di kebun istana akan mati, Pangeran.”
Pangeran Shahzada menjadi bersemangat dan merasa sehat. Ia segera memasang perangkap untuk menangkap burung itu. Betapa gembiranya Shahzada ketika burung itu tertangkap. Ia segera memasukkannya ke dalam sangkar emas dan memandangi setiap hari bulu burung itu yang indah.
Ketika pelayan muda itu melihat burung itu, ia segera tahu kalau itu adalah burung jelmaan gadis di dalam peti emas. Pelayan itu takut jika burung itu memberitahu Shahzada kalau dialah yang membuka peti emas. Ia memutuskan untuk membunuh burung itu.
Pada suatu hari, Shahzada harus mengunjungi kerajaan lain bersama ayahnya. Setelah Shahzada pergi, pelayan yang merasa dirinya pintar itu segera membuka sangkar emas. Burung indah itu terbang keluar sangkar. Pada saat yang sama, pelayan itu melepas seekor kucing.
Kucing itu mengejar burung itu sampai sayapnya kena cakar. Burung yang malang itu terluka. Ia sempat terbang sampai ke halaman namun akhirnya jatuh ke tanah. Anehnya, seketika tubuh burung itu berubah menjadi semak-semak mawar. Lalu tumbuh setangkai mawar indah di semak itu.
Suatu hari, tukang kebun memetik beberapa tangkai mawar dan membawanya pulang. Mawar jelmaan Nar Tanesi juga ia petik. Semua mawar ia masukkan ke dalam vas. Beberapa hari kemudian, semua mawar layu, kecuali mawar jelmaan Nar Tanesi. Mawar itu tetap segar seperti ketika tumbuh di halaman istana.
Baca Juga: Penyakit yang Disebabkan oleh Virus Merupakan Self Limiting Disease, Apa Itu Self Limiting Disease?
"Aneh sekali... mawar ini tidak layu...” seru tukang kebun.
Dari mawar itu, keluar aroma yang sangat harum. Tukang kebun menunduk dan menghirup aroma wangi itu. Tiba-tiba saja, mawar itu berubah menjadi burung lagi dan terbang ke sana kemari di rumah tukang kebun.
Tukang kebun sangat terkejut. Namun, setelah kagetnya hilang, ia mencoba mendekati burung yang jinak itu. Tukang kebun mengelus burung berbulu indah itu. Pada saat itu, ia menemukan jepitan kedua di antara bulu-bulu burung itu. Dengan heran, ia mencabut jepitan itu.
Whusssh...
Pada saat itu juga, burung itu menjelma menjadi seorang wanita cantik. Putri Nar Tanesi yang jelita. Tukang kebun itu sangat terkejut dan takut. Nar Tanesi menenangkannya dan menceritakan semua yang dialaminya.
Tanpa menunda lagi, tukang kebun itu bergegas lari ke istana dan menemui Shahzada. Ia menceritakan semua yang dialaminya.
Betapa gembiranya Pangeran Shahzada. Ia ikut sampai ke rumah tukang kebun dan akhirnya bertemu Nar Tanesi yang hidup. Walau sudah sering melihat Nar Tanesi, namun hari itu mereka berkenalan untuk pertama kalinya.
“Terimakasih sudah menjagaku selama aku tertidur,” kata Nar Tanesi pada Pangeran Shahzada.
Sang pangeran lalu mengundang Nar Tanesi ke istananya. Namun ketika mereka tiba di halaman istana, tiba-tiba datang seekor monyet menyerang mereka. Pangeran Shahzada langsung mengejar monyet itu sambil mengusirnya keluar dari halaman istana.
Sambil menunggu sang pangeran, Nar Tanesi menunggu di bawah pohon. Karena lelah, ia akhirnya tertidur pulas. Sementara itu, Feray, sepupu Sultan Bahadir, ternyata telah tahu kalau Nar Tanesi telah terbebas dari sihir jepitan ajaib. Kini ia muncul di istana itu untuk mencelakakan Nar Tanesi lagi. Kali ini, Feray menyamar menjadi penjual selendang.
Feray sangat girang saat melihat Nar Tanesi tertidur pulas di taman.
“Ha ha ha... Sekarang, kau jatuh ke tanganku lagi!”
Ia berjongkok di dekat Nar Tanesi untuk mencelakakan gadis itu lagi. Namun pada saat itu, Shahzada telah kembali karena gagal menangkap monyet nakal tadi. Ia bergegas kembali karena takut terjadi sesuatu dengan Nar Tanesi.
Saat tiba di tempat Nar Tanesi, ia terkejut melihat seorang wanita di samping Nar Tanesi.
“Siapa kau?” tanya Shahzada terkejut.
Feray juga terkejut namun ia segera berbohong,
“Aku hanya seorang penjual selendang. Kukira gadis cantik ini sedang sakit. Dia sendirian dan tak ada yang menemani. Jadi, aku ingin memeriksa keadaannya dan ingin menutup tubuhnya dengan selendang agar hangat.”
Pangeran Shahzada mengangguk gembira. “Ikutlah denganku. Aku akan membalas kebaikanmu.”
Pada saat itu, Nar Tanesi terbangun. Ia mengenali Feray di balik selendang yang menutupi sebagian wajahnya. Diam-diam, Nar Tanesi berbisik dan memberitahu Pangeran Shahzada. Mereka bertiga masuk ke dalam istana bersama-sama.
Feray sangat gembira karena mengira Nar Tanesi tak mengenalinya. Betapa terkejutnya dia ketika Pangeran Shahzada memanggil pengawal dan menyuruh mereka memasukkan Feray ke dalam penjara bawah tanah. Pelayan yang merasa dirinya pintar pun ikut dihukum karena kecerobohannya.
Pangeran Shahzada lalu mengantar Nar Tanesi kembali ke istana ayahnya. Sultan Bahadir menangis terharu ketika melihat putrinya masih hidup dan sehat. Tak lama kemudian, Pangeran Shahzada dan Putri Nar Tanesi menikah. Nar Tanesi tak lupa mengundang ketiga kakak lelaki yang sangat menyayanginya.
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo
#MendongenguntukCerdas
Baca Juga: Tidak Baik Dikonsumsi Setiap Hari, Inilah 4 Bahaya Terlalu Sering Minum Teh
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com