Biola yang Hilang

By Vanda Parengkuan, Rabu, 18 April 2018 | 13:00 WIB
Ketika Geng LOTRIA dan Samantha tiba di sebuah ruang rias lebar, seorang gadis remaja berkacamata yang sedikit mirip Taras sedang duduk menangis. (Vanda Parengkuan)

Kiria menoleh pada Taras.

"Tidak. Aku tidak haus," sahut Taras.

Setelah melemparkan pesanan teman-temannya, Kiria duduk di samping Luna, membelakangi pak supir yang sedang menyetir di depan dengan dibatasi bentangan kaca.

"Enaknya naik mobil semewah ini!" hela Kiria sambil menyedot minuman stroberi-nya sambil memandang ke luar. Semua basah kuyup oleh hujan. "Heran... Hujan sudah begini deras dari tengah hari tadi. Kok, tidak berhenti-henti ya?"

"Ah! Kita sampai!" seru Luna menunjuk ke luar jendela. Sebuah gedung pertunjukan mewah mulai tampak di kejauhan. Mobil Taras berbelok dan mengantre masuk ke dalam tempat parkir.

"Untung tempat parkirnya terletak di dalam gedung. Kalau tidak,

bisa-bisa kita basah," kata Kiria sambil menyisir rambutnya dengan jemari tangan.

"Kita langsung ke tempat parkir saja, Pak," pinta Taras ketika mobilnya hendak menuju lobi yang ternyata penuh mobil lain.

Gedung parkir sudah mulai penuh. Setelah berputar-putar beberapa kali, akhirnya mereka mendapatkan tempat parkir.

"Masih setengah jam lagi," Taras melirik jam tangan mahalnya.

"Dimana Tabitha?" tanya Luna. "Kita kan harus memberi ucapan selamat berjuang."

Baru saja Taras mau membuka mulut untuk menjawab...