Selembar Komik untuk Kiria

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 7 April 2018 | 13:00 WIB
()

***

Ya. Kiria memang sedang ikut les menggambar komik. Gara-garanya, Kiria memang sedang senang-senangnya membaca komik. Tetapi, karena sering kesal menunggu komik terbaru terbit, Kiria jadi mulai berpikir untuk membuat komik sendiri. Kalau membuat komik sendiri, kan tak perlu menunggu lanjutan cerita! Begitu pikir Kiria.

Namun, masalahnya, akhir-akhir ini dia mulai putus asa. Masalahnya, kursus sudah berjalan dua bulan, gambar Kiria tak kunjung membaik. Kalau begini caranya, jangan-jangan sepuluh tahun belajar pun mungkin Kiria tetap tak akan bisa menggambar komik! Sungguh menjengkelkan!

Dan tahu apa yang lebih menjengkelkan? Tugas-tugas yang harus diselesaikannya makin lama semakin susah. Padahal, kemampuan Kiria tidak juga bertambah. Memikirkan tugas yang harus dibuatnya, Kiria menghela napas putus asa. Menggambar satu karakter komik dari segala arah. Coba bayangkan! Menggambar dari satu arah saja sudah bikin Kiria pusing. Apalagi dari segala arah? Kiria menatap air hujan yang tak berhenti turun dari langit. Dia berdiri di teras tempat kursus dengan muram.

"Kok, belum pulang?" terdengar teguran seseorang.

Yang seorang memakai kalung bergambar kilatan petir, dan yang seorang berambut jabrik. Sean dan Simon. Kalau tak salah, itulah nama mereka.

"Iya, lagi nunggu jemputan," sahut Kiria.

"Gimana? Udah tahu mau menggambar apa buat tugas besok?" tanya anak yang bernama Simon.

Kiria menggeleng murung. "Kayaknya aku enggak masuk, deh," sahutnya setengah bergumam.

"Lo, kenapa?" tanya Simon heran.

"Pasti karena enggak mau bikin tugas," terdengar sahutan yakin Sean.

Kiria melirik Sean sewot. Entah kesal karena dia sok tahu, atau karena dia bisa menebak dengan tepat. Tetapi, belum sempat Kiria buka mulut, sebuah sedan warna hitam sudah mengklakson. Mama. Kiria pun membatalkan niatnya.