Tengu Si Penghuni Hutan Haguro

By Vanda Parengkuan, Kamis, 10 Mei 2018 | 13:00 WIB
Tengu si Penghuni Hutan Haguro (Vanda Parengkuan)

Di hutan, kita kadang mendengar bunyi-bunyian aneh yang memecah keheningan malam. Ada bunyi langkah kaki, kepak sayap, suara burung hantu, atau desau angin yang menggerakkan ranting pohon.  Akan tetapi, tidak banyak orang yang tahu, ada makhluk khusus yang hidup di hutan.

Di sebuah hutan di gunung Haguro, hiduplah seorang anak gadis bernama Otama. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah gubuk kecil yang dikelilingi pohon-pohon pinus dan pohon-pohon bambu tinggi.

Ayah Otama adalah seorang pembuat arang. Dari musim semi sampai musim gugur, ayah Otama akan membakar kayu untuk dijadikan arang di hutan. Sesekali, ia akan pergi ke desa untuk menjual arang-arangnya. Otama tinggal dengan ayahnya selama musim panas di gubuk kecil itu. Ia membersihkan rumah, memasak, dan membantu ayahnya mengurusi arang.

Suatu hari, ayahnya pergi ke desa untuk menjual arang. Ia meninggalkan Otama sendiri di gubuk di hutan. Otama tidak takut karena ia sudah terbiasa tinggal di hutan. Lagipula, ia memang seorang gadis yang pemberani.

Akan tetapi, ketika hari mulai gelap dan ayahnya belum juga pulang, Otama mulai merasa khawatir. Ia duduk di dekat perapian di gubuknya. Makan malam untuk ayahnya sudah ia sediakan.

Di luar gubuk sangat sepi. Sesekali hanya terdengar bunyi derik api. Otama sudah mengantuk, namun ia tetap menunggu ayahnya. Ketika matanya sudah hampir tertutup, tiba-tiba ia tersadar lagi karena mendengar bunyi aneh. Otama mengira itu ayahnya, tetapi ternyata bukan. Mungkin hanya bunyi angin, pikir Otama.

Ia lalu memejamkan mata, ingin menunggu ayahnya sebentar lagi. Akan tetapi, sekali lagi terdengar bunyi. Otama lalu melihat pintu terbuka sedikit, lalu tertutup lagi. Seperti ada orang yang ingin masuk, tetapi tidak jadi.

Otama agak takut. Namun ia menenangkan diri sendiri dan menganggap itu mungkin angin. Sekali lagi, pintu sedikit terbuka. Kali ini, tampak ada cahaya merah di luar gubuk. Otama mengira itu api yang keluar dari sisa kayu bakar yang masih menyala. Otama bergegas keluar rumah untuk membasahi kayu-kayu bakar itu.

Ketika tiba di luar rumah, Otama baru sadar kalau cahaya merah itu bukan berasal dari kayu api pembakar arang. Namun dari pucuk pohon-pohon di lahan sekitarnya. Sebelum keheranannya hilang, tiba-tiba tampak sosok dengan sayap di punggung  memutuskan itu apa, terlihat sosok pudar bercahaya dengan sayap di punggung. Sosok itu terbang menukik dari pohon, dan muncul di depan Otama.  

Sosok itu ternyata seorang pria bersayap dengan kepala besar. Wajahnya bercahaya merah, hidungnya besar dan panjang.  

Otama tahu. Itulah Tengu, roh hutan!

Tengu itu mendekati Otama dan menatapnya tajam. Otama sangat takut dan tak bisa bergerak. Tengu pasti akan mencakar atau membawa aku pergi ke sarangnya di hutan, pikir Otama.