Misteri Anak Pengelana dan Dua Siluman

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 26 Mei 2018 | 13:00 WIB
Misteri Anak Pengelana dan Dua Siluman (Vanda Parengkuan)

Di suatu desa di Himalaya, terdapat lebih banyak perempuan daripada laki laki. Para laki-laki di desa itu biasanya menikah dan pindah ke tempat lain. Akhirnya, tidak ada pemburu di desa itu. Macan dan serigala pun bertambah banyak. Mereka sering memangsa ternak warga desa.

Warga desa itu menjadi sangat miskin. Kekurangan makanan dan tidak ada uang untuk membeli pakaian baru.

Suatu hari, seorang anak pengembara yatim piatu berjalan di desa itu. Namanya Dahrea. Ia berkeliling dengan kaki tak bersandal, dan mengetuk pintu rumah untuk meminta makanan. Namun tak ada yang mau menolongnya karena semua warga juga miskin.

Akhirnya Dahrea berjalan menuju ke sebuah pemakaman. Ia lalu duduk berteduh di bawah pohon di dekat sebuah makam.

“Aku akan tidur di sini malam ini. Orang mati tidak berbahaya. Lagipula, aku tidak punya apapun untuk dirampok,” pikirnya.

Saat malam tiba, Dahrea tidur dan bermimpi indah. Ia bermimpi sedang bercakap gembira bersama ayah dan ibunya. Di depannya ada makanan enak. Dahrea merasa bahagia karena begitu disayang ayah ibunya. Dalam tidurnya itu, Dahrea tersenyum.

Saat menjelang pagi, bintang-bintang mulai pudar di langit. Matahari baru saja akan muncul. Tiba-tiba, muncullah dua siluman di atas pohon tempat Dahrea tidur di bawahnya. Siluman itu adalah Rakso dan Raksi.  

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Rakso  “Aku yang berkuasa di malam hari, dan kamu cuma di siang hari. Itu perjanjian kita!” marah Rakso pada Raksi. 

“Aku lebih hapal perjanjian itu dari pada kamu! Makanya aku datang di sini. Ini sudah menjelang pagi, bukan malam lagi. Kamu yang mengacau perjanjian,” omel Raksi.

“Bukan malam? Coba kamu lihat! Bintang-bintang masih bersinar di langit!” bantah Rakso 

“Lihat ke sebelah Timur. Apa kamu tidak lihat cahaya matahari? Sejak kapan matahari bersinar di malam hari?” sahut Raksi lagi.

“Biarpun ini siang, tapi tubuh yang terbaring itu milikku. Sesuai perjanjian kita, tubuh yang terbaring tidur di rumput adalah milikku. Yang sudah mati, baru jadi milikmu. Anak ini hidup, lihat, dia senyum,” balas Rakso lagi.