“Pasti ada pengacau! Lihat saja, aku akan menemukan pelakunya!”
SD Delikara mulai sepi. Tinggal tersisa beberapa panitia dan mobil jemputan yang menunggu di depan sekolah.
“Ayo dong, Kak Luna, Papa menunggu di depan! Beres-beresnya besok saja,” rengek Ota. “Iya, sebentar! Tinggal menyimpan kostum-kostum ini, kok!”
Sambil menunggu kakaknya, Ota iseng jalan-jalan di panggung sambil bergaya ala roker. Sepuluh menit kemudian, dia menghilang di balik panggung. Dug! “Auw!” Kaki Ota menendang benda keras.
“Tas apaan, nih?” Ota membukanya. “Ceroboh banget, sih, naruh obeng di balik tirai!”
“Yuk, pulang!” Luna menarik tangan adiknya. Ota mengulurkan tas kecil yang ditemukannya.
“Nih, teman Kakak ada yang naruh peralatan kayak gini di balik tirai, kena tendang kakiku, deh!”
“Bawa aja dulu,” jawab Luna tanpa melihat isi tas itu.
Hari berikutnya, Sania mengumpulkan Geng LOTRIA di sudut sekolah. “Please, aku minta tolong. Aku yakin, ada yang mengacaukan pensi kita.” Sania meninggalkan Geng LOTRIA yang siap dengan penyelidikan mereka.
“Ini temuanku.” Luna menyodorkan tas hitam. Ota terbelalak. “Itu tas yang kemarin!” Luna mengeluarkan isinya satu persatu. Ada tang, gunting besar, kater merah jambu, dan gulungan tali seperti senar tapi lebih besar.
“Eh!” seru Kiria. “Ini, kan, potongan tali sling yang putus!”
“Itu dia!” jelas Luna.