Bintang Pensi

By Sylvana Toemon, Sabtu, 5 Mei 2018 | 13:00 WIB
Bintang pensi (Sylvana Toemon)

“Sedang menyelidiki kasus kemarin?” tanya Cindy yang muncul tiba-tiba. “Menurutku, acara ini, kan, kerja besar kita. Enggak mungkin ada anak yang sengaja mengacau. Yang rugi dia juga!”

Tiba-tiba mata Kiria menangkap sesuatu. “Eh, Cindy, gantungan hp kamu lucu banget! Cocok sama tas ini,” pancingnya.

Cindy sempat terbelalak. “Eh, aku juga punya tas seperti ini, tapi hilang minggu lalu. Padahal, kamu tahu, kan, Kiria, pensil mekanik kesayanganku yang berbentuk lebah itu? Pensil itu ikut hilang karena ada di dalamnya,” cerita Cindy.

“Tapi, ini tasmu bukan?” tanya Taras menegaskan. Cindy menelitinya. “Iya, ini tasku. Di mana kalian menemukannya?” Cindy terlihat kaget waktu mendengar cerita Kiria tentang temuan Geng LOTRIA.

“Jadi, si pelaku melakukan dua kejahatan. Pertama, mencuri tasku. Kedua, mengacaukan pensi kita. Dia harus dihukum berat,” kata Cindy geram.

“Tunggu! Ada satu lagi kejahatannya,” kata Kiria dengan tenang. “Pelaku telah berbohong, bahkan memfitnah orang lain untuk menutupi kebohongannya.”

Semua terperangah. “Maksudmu? Kamu tahu pelakunya?”

Kiria tersenyum sinis. “Ya. Aku yakin, kamu juga tahu pelakunya, Cindy. Karena pelakunya adalah kamu.”

“Hei, jangan sembarangan! Mana buktinya?” seru Cindy.

Kiria menjawab kalem. “Tentu saja aku enggak sembarangan. Bukti pertama, ada di tanganmu.”

Anak-anak melihat pensil mekanik berbentuk lebah di tangan Cindy. “Katamu, pensil itu hilang bersama tasmu. Kenapa tiba-tiba bisa ada di tanganmu?” sambung Kiria.

“Bukti kedua,” Kiria menunjuk kater merah jambu. “Aku ingat, kater ini yang kamu pinjamkan untuk memotong benang yang ruwet di kunciku.”

“Dan aku baru dengar dari Phrisia kalau kamu pernah mengancamnya. Kamu suruh Phrisia membatalkan perannya, biar kamu bisa main,” sambung Sania.

Cindy semakin terpojok. Lama-lama, dia terisak.

“Kenapa, sih? Kenapa aku selalu kalah? Kenapa kalian enggak pernah memberiku kesempatan sekali pun untuk menang?” isaknya. Anak-anak berpandangan bingung.

“Maafkan aku,” sambung Cindy. “Sebenarnya, aku pengen jadi bintang pensi. Tapi, aku cuma terpilih jadi pemeran cadangan. Aku marah pada kalian. Kalau aku enggak jadi bintang, biar saja pentas ini kacau! Sayangnya, aku tidak tahu, ternyata aku bisa jadi pemeran utama. Tapi, semua sudah terlanjur kukacaukan.”

Anak-anak kehabisan kata-kata untuk menjawab. Akhirnya, Cindy memang jadi bintang pensi. Sayang, dia tidak memilih bintang sebagai pemeran utama, tapi bintang pengacau pensi.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti.