“Tadi malam, waktu Ota menemukan tas itu, aku kira cuma tas peralatan biasa. Ternyata, ada potongan sling itu. Kesimpulannya...”
“Sling itu dipotong seseorang!” potong Kiria.
“Dan seseorang itu adalah....” kata Ota tiba-tiba. Semua menoleh penasaran. “Kok, melihat aku? Aku juga belum tahu!” sambung Ota cekikikan.
“Enggak lucu!” gerutu Kiria. Taras mengamati tas itu.
“Rasanya aku pernah melihatnya,” gumamnya. Taras mengeluarkan kamera digitalnya, lalu mengotak-atiknya sebentar. Dia sempat terkejut sebelum menunjukkan foto itu.
“Kok, Sania, sih?” tanya Kiria heran.
Dalam foto, Sania memegang tas hitam itu, berdiri di dekat tirai belakang panggung. “Kalau benar Sania pelakunya, kenapa menyuruh kita menyelidikinya?”
Ketika mereka ribut, Sania datang. “Gimana, ada perkembangan?”
“Kami baru menemukan ini.” Taras menyodorkan kameranya.
“Kenapa dengan foto ini?” tanya Sania heran.
“Itu tasmu?” Sania menggeleng. “Bukan. Aku menemukannya di bawah. Waktu itu aku buru-buru, jadi kusimpan di balik tirai, biar enggak mengenai kaki orang. Memangnya, kenapa tas ini?” tanya Sania.
Taras menjelaskan temuan mereka. Di satu sisi, anak-anak lega karena bukan Sania pelakunya. Di sisi lain, mereka menemukan jalan buntu. Tak ada petunjuk lain yang bisa ditelusuri.