Kutukan Peri Zigana

By Vanda Parengkuan, Rabu, 2 Mei 2018 | 08:00 WIB
Kutukan Peri Zigana (Vanda Parengkuan)

Rupanya, kekuatan Peri Zigana yang jahat telah mengambil Pangeran Atila. Semua pengawal menyesal karena melupakan pesan permaisuri. Raja Gabor yang telah tua pun menjadi sangat sedih dan lemas mendengar kabar ini.

“Aku bukan ayah yang baik! Bertahun-tahun telah berlalu, aku tetap berhasil membebaskan anakku dari kutukan Peri Zigana yang jahat…” tangisnya.   

Sementara itu, inilah yang terjadi pada Pangeran Atila. Ketika kakinya menyentuh tanah, ia merasakan kekuatan gaib yang tak terlihat. Tiba-tiba saja, ia merasa dipindah entah kemana. Seluruh dunia baru terbentang di hadapannya. Sungguh berbeda dengan kerajaan yang ditinggalkannya.

Pangeran Atila kini berada di halaman sebuah puri indah yang dikeliingi danau besar. Di puri itulah Peri Zigana yang jahat tinggal. Satu-satunya jalan keluar dan masuk ke puri itu adalah melewati jembatan awan yang terbentang di atas danau besar itu.

Di seberang danau, ada jalan menanjak menuju gunung yang di kiri kanannya terbentang hutan gelap. Kabut tebal menggantung di tempat itu. Suasana pun sangat hening.

 Tak lama kemudian, Peri Zigana muncul di depan Pangeran Atila.

“Kau harus patuh pada setiap perintahku. Kalau tidak, kau akan kuhukum!” ucapnya. Ia lalu memberikan Pangeran Atila  sebuah kapak kaca. “Segera seberangi jembatan awan itu dan masuk ke dalam hutan. Tebanglah semua pohon di sana sebelum matahari terbenam!”

Pangeran Atila  hanya diam saat menerima kapak kaca itu. Sebelum pergi, Peri Zigana memberi peringatan,

“Di hutan nanti, kau akan bertemu dengan gadis berwajah monster. Ingat! Kau tidak boleh bicara dengannya!”

Pangeran Atila  mengangguk patuh lalu melangkah menyeberangi jembatan awan. Semakin jauh ia melangkah, semakin ia masuk ke dalam kabut tebal. Jantungnya berdebar kencang karena takut. Namun rasa takutnya membuat langkahnya menjadi semakin cepat menyeberangi jembatan awan dan tiba di hutan.

Pangeran Atila  lalu mulai bekerja. Namun, saat pukulan pertama, kapak kacanya malah langsung pecah menjadi seribu pecahan.  

Pangeran Atila  sangat ketakutan. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia takut jika Peri Zigana itu menghukumnya. Ia berjalan mondar-mandir di hutan, tidak tahu harus pergi kemana. Akhirnya, ia tertidur lelap kelelahan.