Di perjalanan, Vanja bertemu orang tua yang ditemui oleh kakak-kakaknya sebelumnya.
“Anak muda, tolong berikan aku sedikit makanan. Aku sudah tidak makan selama tiga hari,” kata kakek itu.
“Boleh, Kek. Tetapi aku hanya punya remahan roti yang keras,” kata Vanja.
“Tidak apa-apa. Kalau orang sangat lapar, remahan roti pun akan sangat nikmat.”
Vanja pun membuka tempat bekalnya. Namun betapa terkejutnya ia melihat isi tempat bekalnya. Remahan rotinya telah berubah menjadi kue dan roti hangat seperti baru matang dari oven! Mereka berdua pun menikmati makanan itu.
Kemudian, kakek tua itu bertanya, “Kamu ingin kemana, Vanja?”
“Raja mengumumkan kalau ia akan memperbolehkan putrinya menikah dengan pria yang bisa menjemputnya dengan kapal terbang. Aku hanya ingin mencoba. Siapa tahu aku beruntung.”
“Mana kapal terbangmu?” tanya kakek itu
“Aku tidak punya, Kek.”
“Kalau begitu, dengarkan nasihatku! Saat kau tiba di hutan, pukul pohon pertama yang kau lihat dengan sebuah tongkat. Setelah itu, cepat-cepatlah tiarap ke tanah, dan letakkan wajahmu menghadap ke tanah. Kapal terbang itu akan terbentuk dengan sendirinya. Setelah itu, terbanglah ke istana raja, dan berikan tumpangan kepada siapapun yang kau lihat di perjalanan. Kau mengerti?”
Vanja mengangguk mengerti. Kakek tua itu seketika menghilang.
Vanja melanjutkan perjalanannya. Tak lama, ia menemukan hutan. Ia langsung mengikuti saran kakek itu. Ia memukul pohon pertama dengan tongkat, kemudian buru-buru tiarap dengan wajah yang dibenamkan ke tanah.