Kapal Terbang Vanja

By Vanda Parengkuan, Senin, 7 Mei 2018 | 12:00 WIB
Kapal Terbang Vanja (Vanda Parengkuan)

“Ujianku yang berikutnya ini sangat sulit. Mungkin kau akan membatalkan keinginanmu untuk melamar putriku,” kata Raja Rusia. Sang Raja lalu berbisik sendiri dan tidak terdengar oleh siapapun.

“Apakah kau tahu, apa yang barusan kuucapkan?” tanya Raja Rusia.

Si Telinga Tajam tentu saja bisa mendengar bisikan Raja Rusia. Ia memberi tahu Vanja,

“Raja Rusia berkata;  Kalian pasti sangat lapar dan haus. Aku sudah menyiapkan berlimpah makanan. Kalau tidak habis, kamu akan gagal.”

Vanja dan ketujuh teman barunya lalu dibawa ke ruangan makan istana. Puluhan ayam panggang, kue, roti, dan puluhan galon jus buah sudah tersedia. Untunglah, Si Pelahap dan Si Peminum langsung menghabiskannya semua hidangan tanpa sisa. 

Raja Rusia tercengang karena kalah lagi. Ia berkata, “Baiklah. Karena sekarang kamu sudah selesai makan, sekarang tolong ambilkan aku sebutir apel emas. Apel emas itu tumbuh di pohon emas yang berada seribu mil dari sini. Aku ingin kamu sudah kembali di sore hari nanti.”

Itu tugas yang mudah bagi Si Pelompat. Ia segera menurunkan sebelah kakinya. Dalam sekali lompatan, ia berhasil melewati seribu mil dan tiba di tempat pohon emas itu. Ia lalu memetik sebutir apel emas.

Karena hal itu mudah baginya, dan hari masih pagi, Si Pelompat lalu tidur di bawah pohon. Namun, ia tidur begitu nyenyak sampai belum bangun saat  hari menjelang sore.

Vanja mulai cemas. “Apa yang kira-kira terjadi kepada Si Pelompat?”

“Jangan khawatir,” kata Si Mata Tajam.

Ia memicingkan matanya dan melihat ke arah  yang jauh. Si Mata Tajam melihat Si Pelompat tertidur di bawah pohon emas. Ia pun mengambil senapannya dan menembak ke arah pohon emas itu. Dor!  Peluru dari senapannya tepat mengenai sebutir apel emas di pohon itu.

PLUK! Apel itu jatuh mengenai wajah Si Pelompat. Si Pelompat pun terbangun, mengambil apel emasnya dan melompat kembali ke istana dalam sekali lompatan.

“Aku tidak akan membiarkan pemuda bernama Vanja itu menikahi putriku. Aku akan memasukkan dia dan teman-temannya ke bara api! Cepat siapkan api besar!” kata Raja Rusia kepada pasukannya.

Si Telinga Tajam mendengar kata-kata Raja Rusia. Pasukan Raja Rusia sudah menyiapkan api besar. Vanja dan teman-temannya siapkan dilemparkan ke dalamnya. Namun, Si Manusia Es langsung menghembuskan nafas esnya ke bara api itu sehingga semuanya beku.

Raja Rusia berkata lagi pada pasukannya, “Aku akan pura-pura memberikan putriku. Tetapi ketika mereka sampai di kapal terbang mereka, kalian langsung serang mereka. Mereka pasti tidak siap diserang mendadak!” 

Sekali lagi Si Telinga Tajam mendengar hal itu, dan langsung berbisik kepada Si Penabuh Drum untuk bersiap-siap menabuh drumnya.

Raja pun menyerahkan putrinya kepada Vanja. Mereka diarak ke kapal terbang Vanja. Si Penabuh Drum langsung menabuh drumnya. Begitu tentara Raja Rusia  menyerang, tentara-tentara lain keluar dari drum milik Si Penabuh Drum. Perang pun terjadi!

Tentara Raja Rusia kalah karena tentara milik Si Penabuh Drum sangat banyak. Tentara-tentara itu tidak berhenti keluar dari drum selama drum terus ditabuh. Raja Rusia akhirnya menyerah kalah. Ia menyerahkan kerajaannya pada Vanja dan putrinya. Ketujuh teman Vanja diangkat menjadi penasihat raja. Mereka sangat setia dan hidup bahagia di kerajaan itu dengan Vanja sebagai raja mereka.  

Teks: Dok. Majalah Bobo / Adaptasi Dongeng Rusia