“Baiklah kalau begitu, naiklah kemari, Peminum!” ajak Vanja.
Mereka kini berenam. Di perjalanan, mereka melihat seorang pemuda lagi yang tampak seperti sedang mengunyah topi tentaranya.
“Hey, kamu tidak akan memakan topimu bukan?” canda Vanja.
“Tentu saja tidak. Aku sedang menutup mulutku. Nafas dari mulutku sangat dingin, dan dapat membuat beku apapun yang ada di sekitarku!” jawab pemuda itu.
“Baiklah kalau begitu. Naiklah kemari, Manusia Es!” ajak Vanja.
Perjalanan mereka semakin dekat ke istana. Kemudian, mereka melihat seorang pemuda sedang memegang drum yang diikat di perutnya.
“Hey, pemain drum. Tabuhlah drummu itu!” kata Vanja.
“Jangan. Karena selama aku menabuh drumku, aku bisa memunculkan tentara, dan semua tentara akan langsung baris berbaris dengan sendirinya.”
“Baiklah, naiklah kemari. Penabuh Drum!” ajak Vanja.
Beberapa menit kemudian, pesawat mereka mendarat di halaman istana. Raja Rusia terkejut melihat ada pria yang benar-benar memiliki kapal terbang dan datang menjemput putrinya.
(Bagian 2)
Sayangnya, tugas Vanja belum selesai walau ia datang membawa kapal terbang. Raja Rusia tidak menepati janjinya karena melihat Vanja hanyalah rakyat desa biasa. Ia ingin putrinya dilamar oleh seorang pangeran. Maka Raja Rusia lalu memberikan Vajna beberapa ujian lagi.