“Tamu laiiin?” seru Penyihir Hutan Hitam terkejut.
Petrosinella seketika menjadi takut, sadar telah membuka rahasianya sendiri.
“Rupanya ada penyusup yang naik ke sini!” seru si penyihir marah.
Ia segera mengambil pisau di jubahnya dan memotong rambut Petrosinella. Ia lalu mengikat rambut itu menjuntai keluar jendela, seakan ada Petrosinella di atas. Penyihir Hutan Hitam lalu membawa Petrosinella lebih jauh ke dalam hutan. Ia meninggalkan Petrosinella di sana agar dimakan hewan buas. Ia lalu kembali ke menara itu dan naik ke puncaknya.
Esoknya, Pangeran Pedro seperti biasa datang ke bawah jendela menara. Ia berteriak, “Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu!”
Tak lama kemudian, ada rambut turun dari jendela. Pangeran Pedro segera memanjatnya dengan tangkas. Namun ketika melompat ke dalam ruangan, ia sangat terkejut. Yang menyambutnya bukan Petrosinella, melainkan Penyihir Hutan Hitam yang berwajah seram.
“Ternyata penyusup misteriusnya seorang pangeran?!” seru si penyihir. “Ah, sayang sekali! Sejak hari ini, kau tak akan bisa bertemu Petrosinella lagi! Ha ha ha…” tawa Penyihir Hutan Hitam girang.
Pangeran Pedro tidak takut.
“Aku akan mencarinya sampai kutemukan! Aku bahkan akan mencarinya sampai ke seluruh dunia!” serunya marah.
Sebelum si penyihir menyerangnya, Pangeran Pedro dengan nekat melompat keluar jendela. Semak-semak tebal di bawah menara, berhasil menahan tubuhnya. Namun ada duri semak yang menusuk matanya.
Pangeran Pedro menjadi buta. Namun ia tetap bertekat mencari Petrosinella. Ia lalu berkelana dari hutan ke hutan untuk mencari Petrosinella. Ia minum dari air sungai, makan umbi-umbian, atau buah matang yang jatuh dari pohon. Cukup lama ia mencari Petrosinella sampai tak tahu harus kemana lagi.
Suatu hari, saat sedang mencari Petrosinella, tiba-tiba Pangeran Pedro mendengar suara nyanyian. Ada seorang wanita yang bernyanyi. Suaranya merdu mirip suara Petrosinella. Pangeran Pedro berusaha mendekat ke arah suara itu. Ia lalu berseru keras,
“Petrosinellaaa… apakah itu kamu?”
Petrosinella yang sedang mengumpulkan ranting untuk kayu bakar, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Begitu melihat Pangeran Pedro, ia segera menjatuhkan ranting-ranting itu.
“Pangeran Pedro, ini aku, Petrosinella…” Ia berlari ke arah Pangeran Pedro.
Keduanya menangis terharu karena bisa bertemu lagi. Petrosinella menghapus air matanya sendiri. Ia lalu menghapus air mata Pangeran Pedro. Anehnya, ketika airmata Petrosinella mengenai mata Pangeran Pedro, seketika mata Pangeran Pedro bisa melihat lagi.
Karena sudah bisa melihat, Pangeran Pedro dengan mudah membawa Petrosinella keluar dari hutan itu. Mereka pun tiba dengan selamat di istana.
Beberapa waktu kemudian, Pangeran Pedro dan Petrosinella menikah dan hidup bahagia. Pangeran Pedro menjemput ayah dan ibu Petrosinella untuk menyenangkan hati istrinya.
Betapa bahagianya Petrosinella. Ayah dan ibunya juga sangat terharu dan bahagia karena bisa menemukan Petrosinella kembali. Mereka semua tak akan pernah lupa pada peristiwa sedih itu terjadi, hanya gara-gara beberapa helai tanaman parsley.
Teks: Majalah Bobo / Adaptasi dongeng Eropa