Maka, ia segera naik ke atas kudanya dan pergi mencari mata air. Raja Alger membiarkan kudanya membawa dirinya kemana saja. Kuda yang sangat dipercayanya itu akhirnya menemukan sungai.
Di tepi sungai, Raja Alger melompat turun dari kudanya. Ia mengambil apel ketiganya tadi, lalu membelah dengan pisaunya.
PLOP! Muncullah gadis ketiga dari dalam apel. Wajahnya sangat cantik. Dengan suara serak ia pun berteriak, “Air! Air!”
Kali ini, Raja Alger tak mau buang waktu. Ia membungkuk mengambil air dengan tangannya dan mengguyur gadis cantik itu. Gadis itu sangat girang.
“Terimakasih, Tuan. Kau telah menyelamatkan nyawaku. Namaku Blossom,” kata gadis itu sambil menggigil kedinginan.
Raja Alger segera menutupi pundak gadis itu dengan jubah kerajaannya. Ia lalu bertanya, “Aku Raja Alger. Dari mana kau berasal, Blossom? Kemana aku harus mengantarmu pulang?”
Seketika wajah gadis itu menjadi sedih. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Raja Alger merasa iba padanya.
“Kalau begitu, tunggulah di sini. Aku akan pulang ke istanaku dan kembali lagi ke sini, untuk menjemputmu dengan kereta emasku,” kata Raja Alger.
“Semoga Yang Mulia tidak berubah pikiran,” kata Blossom.
“Aku pasti akan menjemputmu. Janji seorang raja harus ditepati,” kata Raja Alger.
Ia lalu naik kuda dan meninggalkan Blossom di tepi sungai. Dan itulah letak kesalahan Raja Alger. Karena di dekat hutan itu, ada seorang penyihir buruk rupa bernama Bertha. Rupanya, diam-diam Bertha menyaksikan peristiwa Raja Alger dan gadis dari buah apel itu.
Maka, begitu Raja Alger pergi, Bertha muncul di dekat Blossom dan merebut jubah raja yang menutupi pundak Blossom. Ia lalu menyihir Blossom, sehingga tertelan di air sungai dan hilang tanpa jejak. Bertha lalu menutupi kepalanya dengan jubah itu bagai kerudung. Ia menunggu Raja Alger di tepi sungai.