Gadis Bunga Pohon Apel

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 24 Maret 2018 | 09:15 WIB
Gadis Bunga Pohon Apel (Vanda Parengkuan)

 Raja muda tak lama kemudian datang dengan kereta emas. Dengan gembira ia memanggil Blossom,

“Mari naik ke kereta emasku, Blossom. Aku akan membawamu ke istanaku. Kau bisa tinggal di sana selama yang kau inginkan,” kata Raja Alger.

Akan tetapi, betapa terkejutnya Raja Alger keitka melihat wajah asing dibawah jubahnya. Ternyata bukan gadis cantik dari buah apel, meliankan seorang nenek tua yang mengerikan.

“Apakah betul, kau gadis dari buah apel?” tanya Raja Alger tak percaya.

Bertha si penyihir menyeringai dan berkata, “Tentu saja akulah Blossom, gadis dari buah apel itu. Sekarang, Yang Mulia akan memenuhi janji untuk membawaku ke istana, bukan? Atau Yang Mulia akan ingkar janji? Bukankah janji seorang raja harus ditepati?”

Raja Alger tak tahu harus berkata apa. Ia hanya berharap, semoga Blossom hanya sedang mengujinya. Namun hatinya sungguh bingung.

Raja Alger lalu membawa Bertha si penyihir ke istananya. Di istana, sedang ada pesta besar. Ketika para tamu melihat Raja Alger turun dari kereta emas, mereka mengira Raja Alger membawa calon pengantinnya. Karena biasanya, hanya calon pengantin yang dibawa dengan kereta emas.

Akan tetapi, para tamu sangat terkejut ketika melihat bukan gadis cantik yang dibawa Raja Alger, melainkan seorang nenek tua. Beberapa di antara mereka tertawa, namun beberapa yang lain menangis sedih.

Pesta meriah terus berlangsung. Hanya Raja Alger yang murung. Ia tetap menunggu ujian itu akan berakhir, dan si nenek akan berubah menjadi Blossom yang cantik lagi.

Akan tetapi, wajah Bertha yang asli semakin terlihat. Ia tampak semakin mengerikan dan mulai menguasai istana. Raja Alger tak tahan lagi. Begitu pesta usai, ia segera kembali ke kamarnya dan menyendiri sambil melihat ke luar jendela.

Belum lama ia disana, tiba-tiba datanglah seekor merpati putih. Ia masuk lewat jendela dan hinggap di pundak kanan Raja Alger. Merpati putih itu seperti berbisik sedih di telinga Raja Alger,

“Kuuuu kuuuu… kuuu kuuuu…”