Raja Alger semakin menjadi sedih mendengar suara itu. Airmatanya menetes. “Merpati putih, katakan padaku. Apa yang membuatmu datang ke sini?”
Sungguh aneh, tiba-tiba saja merpati itu menjawab dengan suara manusia,
“Dengarkan aku, Yang Mulia. Ini hidupmu. Sejatilah cintamu. Namun sungguh palsu gadis itu.”
Raja Alger sangat terkejut. “Apa yang kau katakan, merpati putih?” tanyanya.
Namun sebelum merpati putih menjawab, terdengar ketukan di pintu kamar,
“Bukalah pintu, Yang Mulia,” kata Bertha si nenek sihir. “Kau bicara dengan siapa?”
Suara penyihir itu membuat Raja Alger takut. Ia sendiri tak tahu, mengapa ia merasa takut.
“Aku tidak bicara dengan siapapun!” kata Raja Alger kemudian.
Merpati putih segera terbang keluar jendela menuju taman. Di saat itu, masuklah si nenek sihir ke dalam ruangan. Ia mencari-cari di seluruh pojok kamar, namun tak menemukan siapapun.
“Ha ha ha… tenang saja, Yang Mulia! Aku akan menemukan, siapa yang kau ajak bicara tadi,” katanya, lalu keluar dari kamar itu sambil membanting pintu.
Raja Alger ingin marah, namun khawatir akan terjadi yang lebih buruk di kerajaannya. Ia mulai menduga kalau nenek itu adalah penyihir, karena ia tampak sangat berkuasa.
(Bagian 2)