Raja Alger semakin sedih dan bertanya sambil meneteskan airmata, “Merpati putih, katakan padaku. Apa yang membuatmu datang ke sini?”
Merpati itu kembali menjawab dengan suara manusia,
“Dengarkan aku, Yang Mulia. Ini hidupmu. Sejatilah cintamu. Namun sungguh palsu gadis itu. Blossom yang sejati sedang tertidur. Di pelukan aliran sungai, di sanalah ia berdiam.”
Raja Alger sangat terkejut. “Apa yang kau katakan, merpati putih?” tanyanya.
Namun sebelum merpati putih menjawab, terdengar ketukan di pintu kamar,
“Bukalah pintu, Yang Mulia,” kata Bertha si nenek sihir. “Kau bicara dengan siapa?”
“Aku tidak bicara dengan siapapun!” kata Raja Alger.
Merpati putih segera terbang keluar jendela menuju taman. Di saat itu, masuklah si nenek sihir ke dalam ruangan. Ia mencari-cari di seluruh pojok kamar, namun tak menemukan siapapun.
“Ha ha ha… tenang saja, Yang Mulia! Aku akan menemukan, siapa yang kau ajak bicara tadi,” katanya, lalu keluar dari kamar itu sambil membanting pintu.
Pada hari ketiga, keadaan di istana semakin memburuk. Bertha si penyihir semakin sewenang-wenang seperti dialah penguasa istana.