Hal ini diminta oleh seorang pemilik supermarket agar saat proses pembayaran, informasi mengenai produk yang dibeli dapat diketahui dengan cepat dan mudah.
Pak Silver dan pak Woodland kemudian membuat barcode berbentuk mata banteng, atau dikenal dengan bullseye barcode.
Bullseye barcode ini diciptakan karena pemindaian barcode akan lebih mudah dilakukan kalau barcode dicetak dalam bentuk lingkaran, sehingga bisa dipindai ke segala arah.
Selain membuat bullseye barcode, pak Silver dan pak Woodland juga membuat barcode berupa garis-garis hitam putih.
Baca Juga : Jadi Bahan Makanan Enak, Sejak Kapankah Kakao Diolah Menjadi Cokelat?
Terinspirasi dari sandi kode Morse
Pada awalnya, pak Silver dan pak Woodland membuat barcode dari tinta ultraviolet, tapi kemudian diganti karena tinta ini terlalu mudah hilang dan harganya mahal.
Akhirnya mereka membuat barcode baru yang disebut barcode batang, yaitu berupa garis berwarna hitam putih.
Barcode yang berupa garis-garis ini terinspirasi dari kode Morse yang digunakan dalam pramuka, nih, teman-teman, yaitu ada garis tebal dan tipis.
Source | : | Smithsonianmag.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR