Bobo.id - Di berbagai kemasan, seperti kemasan makanan, minuman, mainan, buku, bahkan alat tulis, teman-teman pasti melihat deretan garis berwarna hitam dan putih yang di bagian bawahnya terdapat beberapa angka.
Deretan garis hitam putih dengan berbagai angka ini disebut barcode atau batang kode, teman-teman.
Jika kita membeli barang tersebut di minimarket atau supermarket, petugas kasir akan memindai barcode tersebut dan harga dari barang tadi akan muncul.
Penggunaan barcode pada barang-barang ternyata sudah dilakukan sejak cukup lama, lo, yaitu sekitar tahun 1950an.
Baca Juga : Baru Digunakan Tahun 1960-an, Begini Sejarah Zebra Cross di Indonesia
Tapi saat pertama kali barcode diciptakan, bentuknya tidak seperti garis lurus yang teman-teman lihat saat ini, lo.
Cari tahu sejarah dan perkembangan barcode, yuk!
Dibuat untuk memudahkan pembelian barang
Sekitar akhir tahun 1940an, Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland mulai mencari cara agar informasi produk yang dibeli di supermarket, misalnya harga produk tersebut, bisa diketahui dengan mudah.
Hal ini diminta oleh seorang pemilik supermarket agar saat proses pembayaran, informasi mengenai produk yang dibeli dapat diketahui dengan cepat dan mudah.
Pak Silver dan pak Woodland kemudian membuat barcode berbentuk mata banteng, atau dikenal dengan bullseye barcode.
Bullseye barcode ini diciptakan karena pemindaian barcode akan lebih mudah dilakukan kalau barcode dicetak dalam bentuk lingkaran, sehingga bisa dipindai ke segala arah.
Selain membuat bullseye barcode, pak Silver dan pak Woodland juga membuat barcode berupa garis-garis hitam putih.
Baca Juga : Jadi Bahan Makanan Enak, Sejak Kapankah Kakao Diolah Menjadi Cokelat?
Terinspirasi dari sandi kode Morse
Pada awalnya, pak Silver dan pak Woodland membuat barcode dari tinta ultraviolet, tapi kemudian diganti karena tinta ini terlalu mudah hilang dan harganya mahal.
Akhirnya mereka membuat barcode baru yang disebut barcode batang, yaitu berupa garis berwarna hitam putih.
Barcode yang berupa garis-garis ini terinspirasi dari kode Morse yang digunakan dalam pramuka, nih, teman-teman, yaitu ada garis tebal dan tipis.
Tapi pada saat diciptakan, barcode yang berbentuk batang ini belum digunakan untuk barang-barang yang dijual di supermarket atau toko-toko lainnya.
Barcode berbentuk batang justru pertama kali digunakan untuk menyimpan identitas dan informasi pada kereta api dan mobil pada tahun 1962, berupa garis berwarna biru dan merah.
Barcode ini berisi informasi mengenai perusahaan pembuat kendaraan yang terdiri dari 6 angka dan nomor mobil yang terdiri dari 4 angka.
Sedangkan untuk barang-barang yang dijual di toko, barcoda yang digunakan adalah bullseye barcode, tapi ternyata penggunaan barcode jenis ini juga menemui kesulitan, lo.
Baca Juga : Suka Baca Buku? Cari Tahu Sejarah Buku di Indonesia! #akubacaakutahu
Salah satu kesulitan yang didapatkan dari barcode jenis ini adalah jika terjadi kesalahan kecil saja saat proses pencetakan barcode, maka akan membuat seluruh sistem tidak bisa bekerja.
Meskipun menemui kesulitan, pada tahun 1972 tingkat penjualan barang yang ditandai dengan bullseye barcode ini bisa mencapai target yang ditentukan, teman-teman.
Tapi sayangnya peningkatan penjualan ini hanya terjadi di sebuah supermarket besar saja, padahal untuk bisa dikatakan sukses, tingkat penjualan harus mendekati jumlah yang lebih besar.
Karena penggunaan bullseye barcode ini dirasa masih menemui kesulitan, maka penggunaan barcode batang pada barang-barang selain kereta dan mobil mulai dipertimbangkan.
Nantinya, barcode yang dipasang pada setiap barang yang dijual di supermarket akan menyimpan informasi seperti sifat produk, perusahaan yang membuat produk tersebut, hingga harga barang.
Informasi pada barang-barang tadi akan muncul saat dilakukan scan atau pindai pada barcode dengan menggunakan sinar laser khusus.
Setelah dilakukan penyesuaian pada perusahan dan pabrik pembuat barang-barang yang dijual di toko seperti supermarket, akhirnya barcode berbentuk batang mulai digunakan pada tahun 1974.
Sebungkus permen karet menjadi barang pertama yang dijual dengan menggunakan barcode batang di supermarket Mash yang terletak di Troy, Ohio, Amerika Serikat.
Baca Juga : 7 Sejarah Perayaan Ulang Tahun, Ada Sejarah Tiup Lilin Juga, lo!
Permen karet menjadi barang yang dibeli oleh Clyde Dawson, kepala penelitian dan pengembangan Supermarket Mash, bukan tanpa alasan, teman-teman.
Pak Dawson menganggap barcode tidak dapat dicetak di barang sekecil sebungkus permen karet, tapi ternyata perusahaan permen karet tersebut bisa mewujudkannya, lo.
Pada tahun 1984, sebanyak 33 persen toko dan supermarket barang-barangnya sudah dilengkapi dengan barcode.
Kalau sekarang, coba teman-teman perhatikan barang-barang yang ada di toko, pasti semuanya sudah menggunakan barcode, kan?
Source | : | Smithsonianmag.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR