Tapi pada saat diciptakan, barcode yang berbentuk batang ini belum digunakan untuk barang-barang yang dijual di supermarket atau toko-toko lainnya.
Barcode berbentuk batang justru pertama kali digunakan untuk menyimpan identitas dan informasi pada kereta api dan mobil pada tahun 1962, berupa garis berwarna biru dan merah.
Barcode ini berisi informasi mengenai perusahaan pembuat kendaraan yang terdiri dari 6 angka dan nomor mobil yang terdiri dari 4 angka.
Sedangkan untuk barang-barang yang dijual di toko, barcoda yang digunakan adalah bullseye barcode, tapi ternyata penggunaan barcode jenis ini juga menemui kesulitan, lo.
Baca Juga : Suka Baca Buku? Cari Tahu Sejarah Buku di Indonesia! #akubacaakutahu
Salah satu kesulitan yang didapatkan dari barcode jenis ini adalah jika terjadi kesalahan kecil saja saat proses pencetakan barcode, maka akan membuat seluruh sistem tidak bisa bekerja.
Meskipun menemui kesulitan, pada tahun 1972 tingkat penjualan barang yang ditandai dengan bullseye barcode ini bisa mencapai target yang ditentukan, teman-teman.
Tapi sayangnya peningkatan penjualan ini hanya terjadi di sebuah supermarket besar saja, padahal untuk bisa dikatakan sukses, tingkat penjualan harus mendekati jumlah yang lebih besar.
Karena penggunaan bullseye barcode ini dirasa masih menemui kesulitan, maka penggunaan barcode batang pada barang-barang selain kereta dan mobil mulai dipertimbangkan.
Source | : | Smithsonianmag.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR