Dodu kembali ke rumah. Ia lalu mengambil dan memakai semua peralatan pengaman yang dibelikan ayahnya. Helm pelindung kepala, pelindung lutut, juga pelindung sikut tangan. Ayah juga membelikannya sarung tangan kulit.
“Ayah memang baik,” gumam Dodu tersenyum. Kini ia memegang setang sepedanya kencang-kencang sambil berjalan ke jalanan depan rumah.
Baca Juga : Saturnus Adalah Bola Gas Raksasa, Bisakah Kita Terbang Menembusnya?
Dodu naik ke sepedanya, lalu mulai mengayuh dengan kaki kiri. Ia mengayuh pedal sepedanya hanya setengah-setengah putaran. Sementara kaki kanannya tetap melangkah di tanah.
Sesekali sebelah kakinya naik juga ke pedal sepeda, namun ia selalu tidak seimbang. Kalau beruntung, ia bisa sempat menurunkan kaki kanannya lagi untuk menahan tubuh dan sepedanya. Kalau tidak beruntung, yaa, Dodu terjatuh bersama sepedanya ke sebelah kanan.
Walau memakai pelindung, lututnya terasa sakit juga saat beradu dengan aspal jalanan. Berkali-kali Dodu jatuh. Lututnya semakin sakit dan tidak nyaman. Dodu akhirnya menyerah.
“Aku lanjutkan besok saja,” gumamnya menahan sakit.
Baca Juga : Di Tiongkok, Ada Peternakan Lalat Sejak 2016 Lalu, Apa Fungsinya, ya?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR