Di saat itu, tiba-tiba matanya melihat pagar beton di belakang pabrik kerajinan tangan rotan. Pabrik besar itu tak jauh dari rumah Dodu dan menghadap ke arah jalan lain. Bangunan pabriknya memanjang, sehingga pagarnya juga panjang dan lurus setinggi dada Dodu.
“He he, asyiiik… aku menemukan tempat latihan yang bagus! Heran, kenapa tidak dari dulu aku latihan di situ!” gumam Dodu girang.
Baca Juga : Bolehkah Kita Minum Air Sambil Makan? Apa Dampaknya pada Pencernaan?
Dodu membawa sepedanya ke samping pagar pabrik. Ia lalu naik ke sepedanya dengan tangan kanan bertumpu memegang bagian atas pagar beton.
Setelah siap, Dodu mulai mengayuh sepedanya lagi. Setiap kali sepedanya miring ke kanan, tangan kanannya buru-buru bertumpu di pagar beton untuk menahan tubuhnya.
“Untung Ayah membelikan aku sarung tangan. Kalau tidak, telapak tanganku pasti sudah lecet,” pikir Dodu.
Baca Juga : Tak Hanya Lezat, Kita Juga Bisa Buat Mainan Donat dari Plastisin
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR