Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini Hari-Hari Dulu Kala.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
------------------------------------------
Baca Juga : Cerpen Anak: Lubang di Pasir Pantai
Ana yakin, ibunya sudah lupa semua tentang yang terjadi ketika Ibu masih kecil seperti Ana.
Hari itu hujan deras turun, petir sambar menyambar. Listrik mati di rumah Ana. Televisi, komputer, mesin cuci tentu saja juga mati. Tablet Ibu juga habis batere sehingga Ana tidak bisa meminjamnya untuk bermain game.
“Bu, apa yang harus kita lakukan? Semua mati,” keluh Ana.
“Kamu rapikan tempat tidur saja, mumpung hari masih terang,” kata Ibu.
Baca Juga : Cerpen Anak: Kue Cubit Musim Hujan
Dengan agak malas, Ana melangkah ke kamarnya. Ia merapikan seprei tempat tidurnya. Merapikan letak bantal kepala dan guling. Ana berusaha merapikan serapi mungkin, karena ia memang tak punya kegiatan lainnya. Di saat baru akan merapikan buku-bukunya, terdengar suara Ibu,
“Ana, ayo sini! Bantu Ibu kupas kacang!”
“Kupas kacang?” pikir Ana heran. “Kenapa Ibu tidak beli kacang yang sudah dikupas saja?” pikir Ana heran.
Baca Juga : Berbuka dengan yang Manis, Buat Es Teh Manis Madu Lemon, yuk!
Ana sering melihat butir-butir kacang mentah yang dijual di dalam plastik di supermarket. Ia malah belum pernah melihat kacang mentah yang dijual dengan kulitnya di supermarket. Kecuali kacang panggang asin, camilan di dalam bungkusnya.
Dulu Ana pernah melihat penjual kacang rebus di gerobak dorong. Namun akhir-akhir ini, Ana tak pernah melihatnya.
Baca Juga : Tahun Ini Berusia 79 Tahun, Cari Tahu Fakta Seru Tom and Jerry, yuk!
“Mungkin kacang yang dijual dengan kulitnya susah laku. Orang orang pasti lebih suka makan langsung, tanpa repot membuka kulit,” gumam Ana lagi sambil berjalan menuju dapur.
Di dapur, tampak Ibu duduk di meja makan. Di depannya, ada wadah berisi kacang mentah yang masih ada kulitnya. Dengan telaten, Ibu membuka cangkang kacang dan mengeluarkan biji kacang.
“Ayo, sini! Ibu ajari cara membuka kulit kacang,” ajak Ibu.
Baca Juga : Bisa Kembalikan Tenaga, Ini 5 Manfaat Tidur Siang Saat Puasa!
Ana duduk di sebelah ibunya. Ia melihat tangan ibunya yang cekatan.
“Kacang yang masih segar ada di dalam cangkangnya,” kata Ibu. Lalu memerlihatan bagaimana cara membuka kulit polong dengan jempol dan dorong keluar semua deretan kacang.
Sungguh menyenangkan mengeluarkan kacang dan polongnya. Pop pop pip keluar ke dalam wadah.
Baca Juga : Komodo Termasuk yang Terbesar Di Kelompoknya, Ada Hewan Apa Lagi, ya? (Bag. 2)
Setelah itu, Ibu mengulek kacang bergantian dengan Ana. Ibu mencampur kacang yang telah diulek dengan beberapa bahan lain. Lalu dicetak dengan cetakan kue. Ada yang berbentuk hati, bebek, dan sebagainya. Ana suka sekali mencetak adonan kue.
Kue-kue itu lalu dimasukkan ke dalam oven di atas kompor. Tentu saja bukan oven listrik.
“Bu, apa ini sudah waktunya makan siang?” tanya Ana.
“Belum. Kita masih ada waktu untuk main dulu,” kata Ibu.
Baca Juga : Populasi Global Rentan Kekurangan Vitamin D, Apa itu Vitamin D?
Jadi, Ana duduk di meja dapur dan bermain empat macam permainan. Congklak, halma, ular tangga dan ludo. Ana heran, Ibu ternyata masih menyimpan permainan kuno di dalam lemarinya.
Ibu menang di 2 permainan pertama, congklak dan halma. Ana memang belum terlalu pintar main kedua permainan itu. Namun Ana menang di 2 permainan terakhir. Ana merasa dadu yang dilemparnya itu kasihan padanya, sehingga membuat ia menang saat bermain ludo dan ular tangga.
Baca Juga : 5 Game Android untuk Ngabuburit yang Bisa Asah Otak dan Kemampuan Kita
Ketika permainan terakhir selesai, langit semakin gelap bagai malam dan hujan turun deras sekali disertai angin kencang.
Ibu menyalakan lilin saat mereka berdua makan siang. Ibu dan Ana juga mencuci piring dengan penerangan lilin.
Baca Juga : Mengapa Kita Sulit Mengepalkan Tangan Saat Bangun Tidur? #AkuBacaAkuTahu
“Sekarang,” kata Ibu, “Tolong bacakan sesuatu untuk Ibu sementara Ibu menyiapkan makan malam. Ibu mau bikin semur daging.”
Ana memilih sebuah buku yang sering dibacakan ibunya ketika ia masih kecil dulu. Buku bergambar kelinci yang sangat lucu. Buku itu berisi cerita tentang persahabatan kelinci, ayam, tikus, dan seekor burung kecil yang tinggal di taman yang sama. Ana meniru cara ibunya mendongeng dulu. Ia meniru suara hewan-hewan itu.
Baca Juga : 4 Hewan Ini Jadi yang Terbesar di Kelompoknya, Apa Saja, ya? (Bag. 1)
Saat akan meniru suara kelinci, Ana tertawa terbahak karena ia tak pernah mendengar suara kelinci. Akhirnya, ia hanya menirukan gerakan kelinci. Hidung yang bergerak-gerak, kepala yang menoleh cepat ke kiri dan kanan.
Ana tertawa terbahak saat bercerita. Ibu juga. Untung Ibu masih bisa mengaduk masakannya dengan benar.
Baca Juga : Tampak Mirip, Apa Bedanya Buah Duku dan Buah Langsat? #AkuBacaAkuTahu
Tak lama kemudian, Ayah pulang. Ana dan Ibu lega, karena Ayah pulang sebelum angin dan badai bertiup lebih kencang.
“Betul-betul cuaca buruk hari ini,” kata Ayah. “Tapi Ibu dan Ana kelihatannya nyaman sekali di rumah. Ada harum kue dan makanan juga. Apa saja yang Ibu dan Ana lakukan di rumah?”
Baca Juga : Marimo, Bola Lumut yang Dipelihara Banyak Orang, Pernah Lihat?
“Banyak sekali!” kata Ana. “Aku dan Ibu melakukan pekerjaan untuk satu minggu hari ini. Aku jadi heran. Bu, kenapa kita bisa melakukan banyak hal hari ini? Aku membereskan kamar. Bermain 4 permainan dengan ibu. Membuat kue kacang. Dan membaca tiga buku cerita untuk Ibu!”
Ibu tertawa.
“Ibu juga tidak tahu, kenapa bisa begini, ya! Hari ini, sama seperti hari-hari ketika Ibu kecil dulu. Dalam sehari, Ibu bisa melakukan banyak hal dengan nenek, seperti kita tadi. Mungkin, kita bisa punya banyak waktu bersama karena benda-benda hiburan modern tidak sebanyak jaman sekarang.”
Baca Juga : Bisa Meningkatkan Fungsi Otak, Cari Tahu Fakta Tentang Madu, yuk!
Ana memikirkan hal itu. Ia kini mengerti. Tanpa televisi, smartphone, tablet, mesin cuci, oven listrik, ia dan Ibu jadi bisa melakukan banyak hal berdua bersama. Mereka bisa saling tolong menolong. Mungkin itu maksud ibu, ana tidak terlalu yakin.
Kini Ana tahu. Ibu samasekali tidak lupa, seperti apa kehidupannya ketika masih kecil dulu.
Cerita oleh: Dok. Majalah Bobo. Ilustrasi: Larasputri
Baca Juga : Sahur Penting Dilakukan, Ikuti Tips Sahur Ini Agar Tidak Lemas, yuk!
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR