Anak-anak bertepuk tangan.
“Tidak perlu bertepuk tangan. Sekarang secara singkat kalian bergiliran menyampaikan bagaimana kalian belajar melalui kesalahan. Singkat saja ya!” kata Pak Awang. “Yang sudah siap boleh angkat tangan!”
“Saya pernah masak kacang hijau, tetapi kacangnya tidak mau empuk. Saya salah karena memasukkan gula terlalu cepat. Kacang harus pecah dulu, baru boleh dimasukkan gula!” kata Lala.
Baca Juga: Di Swedia, Banyak Rumah Dicat Warna Merah, Apa Maknanya, ya?
“Waktu baru pindah ke kompleks perumahan Permata, saya pulang ke rumah dan salah masuk rumah orang. Kali lain, saya perhatikan nomor rumahnya dulu. Lalu, Mama memasang pot anggrek di tiang garasi sebagai pertanda!” kata Hendri.
“Nah, sekarang giliran Badu. Sepertinya pengalaman soal makanan!” kata Pak Awang.
“Teman-teman, kesalahan saya kecil, tetapi akibatnya besar. Ketika makan mi di restoran, saya kebanyakan menuangkan lada. Akibatnya sebagian mi tidak bisa dimakan. Mau beli lagi, uang tidak cukup. Jadi, saya makan tidak cukup. Jadi, saya makan tidak sampai kenyang!” cerita Badu.
Baca Juga: Pengganti Teleskop Hubble Sudah Jadi, Apa Istimewanya Teleskop Baru Ini?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR