Bobo.id - Hai teman-teman, pasti sudah tidak sabar menunggu cerpen anak hari ini, ya?
Cerpen anak hari ini berjudul Belajar dari Kesalahan.
Yuk, langsung saja kita baca cerpen anak hari ini!
--------------------------------------------------------------------
Baca Juga: Cerpen Anak: Ulah Pak Rustam
Ulangan Bahasa Indonesia sedang berlangsung di kelas 5A. tampaknya anak-anak bekerja dengan cepat. Ketika Pak Awang bertanya apakah sudah selesai, ternyata semua anak sudah selesai mengerjakannya. Jadi Pak Awang menyuruh Erika, ketua kelas mengumpulkan kertas-kertas ulangan tersebut.
“Pak, masih ada waktu, bonusnya apa, Pak?” Tanya Bedu.
“Yesss!” seru anak-anak dengan semangat. Pak Awang bangkit dari tempat duduknya dan menulis di papan tulis: BELAJAR DARI KESALAHAN.
Baca Juga: Cerpen Anak: Tidak Malas Lagi
“Siapa yang tidak pernah melakukan kesalahan?” Tanya Pak Awang. Tidak ada murid yang mengangkat tangan.
“Jadi semua pernah melakukan kesalahan, termasuk Bapak. Kalau salah, yang penting kita mau memperbaikinya. Kalau berulang-ulang melakukan kesalahan…” kata Pak Awang.
“Berarti orang itu ndablek. Eeh, maksudnya bandel, ini saya koreksi sendiri, sebelum dikoreksi Lala!” kata Badu. Anak-anak tertawa.
Baca Juga: Sakit Kepala Bisa Diatasi dengan Banyak Minum Air Putih, Benarkah?
“Badu sadar harus menggunakan Bahasa Indonesia!” kata Pak Awang. Ia senang melihat murid-murid aktif dan bersemangat.
“Bapak pernah melakukan kesalahan besar. Pernah ada murid suka tidur di kelas. Bapak memarahinya. Eeh, ternyata dia itu sepulang sekolah selalu ke rumah sakit menengok ibunya. Dia membuat PR dan belajar di rumah sakit. Malam hari baru dia pulang bersama ayahnya. Dari kesalahan tersebut, Bapak belajar untuk tidak cepat memarahi murid. Harus di selidiki dulu mengapa ia suka tidur di kelas. Dia tidak perlu dimarahi, tetapi perlu dicarikan jalan keluar supaya tidak tidur di kelas!”
Baca Juga: Piton Merupakan Jenis Ular Terbesar di Indonesia, Ada yang Panjangnya Sampai 8 Meter, lo!
Anak-anak bertepuk tangan.
“Tidak perlu bertepuk tangan. Sekarang secara singkat kalian bergiliran menyampaikan bagaimana kalian belajar melalui kesalahan. Singkat saja ya!” kata Pak Awang. “Yang sudah siap boleh angkat tangan!”
“Saya pernah masak kacang hijau, tetapi kacangnya tidak mau empuk. Saya salah karena memasukkan gula terlalu cepat. Kacang harus pecah dulu, baru boleh dimasukkan gula!” kata Lala.
Baca Juga: Di Swedia, Banyak Rumah Dicat Warna Merah, Apa Maknanya, ya?
“Waktu baru pindah ke kompleks perumahan Permata, saya pulang ke rumah dan salah masuk rumah orang. Kali lain, saya perhatikan nomor rumahnya dulu. Lalu, Mama memasang pot anggrek di tiang garasi sebagai pertanda!” kata Hendri.
“Nah, sekarang giliran Badu. Sepertinya pengalaman soal makanan!” kata Pak Awang.
“Teman-teman, kesalahan saya kecil, tetapi akibatnya besar. Ketika makan mi di restoran, saya kebanyakan menuangkan lada. Akibatnya sebagian mi tidak bisa dimakan. Mau beli lagi, uang tidak cukup. Jadi, saya makan tidak cukup. Jadi, saya makan tidak sampai kenyang!” cerita Badu.
Baca Juga: Pengganti Teleskop Hubble Sudah Jadi, Apa Istimewanya Teleskop Baru Ini?
“Kali lain, hati-hati, ya, kalau menuangkan lada!”
“Wkwkwk!” anak-anak tertawa.
“Sekarang giliran Rani!” kata Pak Awang.
“Ketika saya latihan menari, saudara sepupu saya menitipkan kebaya Mama yang baru dijahitkan ibunya. Kebaya itu mau dipakai kondangan hari Minggu. Ketika pulang, saya lupa membawanya. Terpaksa, deh, saya harus hati-hati supaya tidak lupa!” kata Rani.
Baca Juga: Mudah Dicari, Inilah 7 Bahan Alami untuk Mengatasi Gatal-Gatal
“Ya, lupa itu bisa sangat berbahaya!” kata Pak Awang.
“Tetangga kami masak mi instan, lalu pergi ke warung. Akibatnya terjadi kebakaran!”
“Kesalahan melalui kata-kata juga banyak terjadi. Kadang-kadang orang marah atau sakit hati karena ucapan kita!” lanjut Pak Awang. “Kalau itu terjadi, kita harus cepat meminta maaf!”
“Ya, Pak. Kita harus berpikir dulu,, baru bicara!” tambah Erika.
Baca Juga: Keren! Anak Berusia 14 Tahun Ciptakan Aplikasi Belajar Bahasa Asing
“Nah, sudah banyak contoh belajar dari kesalahan!” kata Pak Awang. “Seberntar lagi bel pulang berbunyi. Masih ada kesempatan untuk satu orang lagi! Ya, Erika belum kebagian. Silakan!”
“dulu saya selalu membereskan tas sekolah pada pagi hari. Suatu hari, saya lupa membawa buku PR Matematika. Terpaksa telepon ke rumah dan minta supir mengantarkan. Akibatnya, Mama terlambat dating ke rapat. Sejak itu, saya membereskan tas sekolah pada malam hari supaya aman!”
Baca Juga: Selain Terlalu Banyak Makan, 4 Hal Ini Juga Membuat Kita Gemuk, lo!
“Bagus, kalian juga bisa belajar dari kesalahan orang lain. Dengan membereskan tas sekolah pada malam hari, kita tidak tergesa-gesa dan cukup waktu untuk memeriksa apakah semua barang yang perlu dibawa taka da yang tertinggal!” kata Pak Awang.
Teng teng teng! Lonceng pulang berbunyi. Aaah, bonus pelajaran bahasa Indonesia selalu mengasyikkan.
Cerita oleh: Widya Suwarna. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
Baca Juga: Tidak Menyentuh Rel, Bagaimana Cara Kerja Kereta Api Maglev?
Tonton video ini, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR