Mita melepas gulungan pita indah itu. Seketika dahinya mengerenyit. Pita itu tak sepanjang sebelumnya. Seseorang telah mengguntingnya. “Masa, sih, Manda?! Masa, sih, Alia?!” gumam Mita tak percaya. Seingatnya, ia tak pernah menunjukkan pita itu kepada Amanda dan Alia. Tetapi, kedua kaka beradik itu biasa bermain di kamarnya.
“Ah, aku harus selidiki dulu, tak boleh sembarangan menuduh!” gumam Mita.
Mita bergegas mengambil sepeda. Dikayuhnya sepeda menuju pertokoan Merdeka yang tak jauh dari rumah. Satu demi satu toko aksesoris di pertokoan itu dimasukinya. Tak satu pun toko menjual pita seperti miliknya. Akhirnya, Mita pun pulang sambil bertanya-tanya. Di mana Alia mendapakan pita kuning tadi?
Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Inilah Perbedaan Kucing Anggora dan Persia
Sepeda Mita bergerak menuju rumah Amanda. Kebetulan, teman sekolahnya itu sedang bermain di teras. Amanda menyapa, “Hai, Mita, Main boneka, yuk!”
Mita mendekat dan memeluk sebuah boneka Amanda. “Tadi, aku lihat Alia lewat rumahku. Dia memakai pita kuning,” kata Mita.
“Itu pita baru. Belinya, sih, sudah seminggu lebih. Di Pertokoan Merdeka. Kamu mau beli juga?”
“Aku sudah punya,” sahut Mita. Hatinya mulai deg-degan. “Aku tadi sudah pergi ke semua toko aksesoris. Tapi, taka da pita seperti itu.”
Baca Juga: Meski Mirip Tupai Tanah, Hewan Ini Justru Bersaudara dengan Gajah, lo!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR