"Beraninya hanya dengan anak perempuan. Awas kalau..?'
"Hoaak...ak...ak...huk!"
Suara batuk itu membuat katakataku terhenti. Jantungku terasa berhenti berdetak karena kaget. Keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku. Karena sibuk melarikan kalungku, mereka tak sadar telah memilih jalan ke arah gubuk Nenek Rat. Melihat pucatnya wajah Didi, Hari, dan Ano kurasa mereka tak kalah cemasnya dengan aku.
Baca Juga: Ada yang Menggerakkan Tubuhnya saat Tidur, Apakah Hewan Juga Bermimpi? #AkuBacaAkuTahu
"Kalian dengar?" bisik Hari dengan suara hampir tercekik, "Si Pemakan Anak itu barangkali mendengar suara kita..." Kami memandang dengan takut gubuk bambu yang terlindung dibalik semak. Sejenak aku merasa senang karena aku tidak merasa melakukan hal yang salah. Tapi kata-kata Didi membuat kelegaanku tak bertahan lama.
"Dia jahat sekali! Nenek tua itu akan menginjak kita dengan kakinya yang besar. Lalu kita dijadikan gulai. Kau tahu, kakinya itu adalah sarang semut."
"Jangan main-main kau, Didi!" tukas Ano sengit. Aku menelan ludah dengan susah payah. Perutku geli dan mual membayangkan sarang semut di kaki nenek Rat.
Baca Juga: Ada Penguin yang Tinggal di Hutan Hujan, lo! Tawaki Namanya!
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR