"Kata teman-teman, kaki Nenek Rat menjadi sarang semut," kataku takut-takut. Nenek Rat tertawa. Aku menatapnya bingung.
"Nenek tak pernah punya sarang semut di kaki. Lihat ini!" ujamya sambil mengangkat sebelah kakinya ke arahku. 'Tapi Nenek sendiri heran, kenapa semut suka sekali dekat-dekat di tubuh Nenek.
Pakaian-pakaian kotor selalu dirubung semut," katanya sambil menggelengkan kepala bingung.
Baca Juga: Di Trailer Terbaru Frozen 2, Elsa dan Anna Mencari Hutan Ajaib, Lihat, yuk!
"Barangkali Nenek sakit gula", jawabku. Tiba-tiba aku mendapat akal. "Nek, bagaimana kalau Nenek Rat ke rumah Mita hari ini. Agak jauh, memang. Di ujung desa. Tapi Ayah Mita seorang dokter. Ayah pasti tahu apa yang bisa dilakukan untuk Nenek!" Kuraih tangan besar, dekil, dan keriput itu sambil tersenyum. "Khusus Nenek Rat, gratis!" bisikku sambil mengedipkan mata.
"Sekarang juga?" seru Nenek Rat senang. Aku mengangguk. Bangga juga membayangkan ketakutan telah kukalahkan. Dan tentunya Didi, Hari, dan Ano akan mengembalikan kalungku sambil tertunduk malu.
Cerita oleh: Yuniar Khairani. Ilustrasi: Dok. Majalah Bobo
Baca Juga: Water Bombing dan Hujan Buatan, Dua Metode untuk Memadamkan Kebakaran Hutan
Tonton video ini, yuk!
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR