Bobo.id - Teman-teman mungkin pernah mendengar istilah insomnia. Insomnia merupakan suatu gangguan tidur yang membuat penderitanya sulit tidur.
Insomnia juga bisa membuat penderitanya terbangun hingga berkali-kali saat tidur, bahkan bisa bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur lagi.
Nah, selain insomnia, ada gangguan tidur yang lain. Namanya hipersomnia. Hipersomnia ini berbeda dengan insomnia.
Baca Juga: Ada yang Sampai 10 Jam, 5 Hewan Ini Bisa Menahan Napas Paling Lama
Kalau penderita insomnia sulit tidur pada malam hari, sebaliknya penderita hipersomnia justru akan merasa mengantuk sepanjang hari.
Bahkan jika penderita hipersomnia sudah cukup tidur di malam hari, mereka akan tetap merasa mengantuk di siang hari.
Yuk, kita cari tahu lebih lanjut tentang hipersomnia dan perbedaannya dengan insomnia!
Baca Juga: Benarkah Pakaian Berwarna Hitam Akan Lebih Cepat Kering saat Dijemur?
Bisa Tertidur Kapan Saja
Tahukah teman-teman? Ternyata penderita hipersomnia bisa tertidur kapan saja, lo.
Bahkan, ada mereka juga bisa tidur saat sedang melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi, misalnya saat belajar atau mengisi ujian.
Itu karena mereka merasa terlalu mengantuk, terutama pada siang hari, sehingga mereka menghabiskan banyak waktunya hanya untuk tidur.
Maka itu, penderita insomnia biasanya mengalami penurunan kemampuan intelektual yang diakibatkan dari rasa kantuk itu.
Baca Juga: Keren! Di Namibia, Ada Laut yang Langsung Berbatasan dengan Gurun
Bagaimana Seseorang Bisa Dikatakan Hipersomnia?
Hipersomnia sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.
Menurut para ahli kesehatan, seseorang bisa lebih mudah terserang hipersomnia sekunder daripada hipersomnia primer.
Hipersomnia primer biasanya terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf pusat saat mengatur waktu untuk tidur dan bangun.
Baca Juga: Dibandingkan dengan Meteor, Mengapa Kita Lebih Jarang Melihat Komet?
Sedangkan hipersomnia sekunder terjadi karena kondisi kesehatan tertentu, teman-teman.
Misalnya kelelahan, stres, berat badan berlebih, kekurangan waktu tidur, mengalami gangguan tidur lainnya, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Selain itu, hipersomnia sekunder ternyata juga bisa terjadi karena faktor genetik.
Jika orang tua atau anggota keluarga ada yang mengalami hipersomnia, kemungkinan besar kita juga akan mengalaminya.
Baca Juga: Jadi Kotoran di Dalam Hidung, Apa Fungsi Upil dan Dari Mana Asalnya?
Gejala Hipersomnia
Selain mengantuk yang berlebihan pada siang hari, ada beberapa gejala lain yang disebabkan oleh hipersomnia.
Penderita hipersomnia biasanya akan merasa lemas, sulit untuk berpikir dan berbicara, serta kehilangan selera makan.
Mereka juga biasanya merasa lebih cemas, gelisah, emosi yang tidak stabil, dan sulit untuk mengingat hal-hal sederhana.
Baca Juga: Sedih, Orang Pertama yang Berjalan di Ruang Angkasa Meninggal Dunia
Lihat video ini juga, yuk!
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | Hello Sehat |
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR