Selain itu mencuci piring pada siang hari tidak terasa berat, karena mata Tio dapat leluasa mengawasi gang di belakang rumah. Tak sedikit orang yang lalu lalang di situ. Tio tak segan-segan menyapa dari dapur bila orang-orang yang dikenalinya lewat. Biasanya yang disapanya pun membalas dengan tak kalah ramah.
"Oh, kamu! Kakakmu mana?" begitu seorang teman kakaknya membalas sapaannya. Sambutan ramah kenalan mamanya lain lagi, "Aduh... Tio, siang-siang cuci piring! Rajin amat putra Bu Mira ini!" Ada juga kenalan Mama yang ketika disapa, membuka sendiri pintu pagar belakang, lalu mencari Mama.
Baca Juga: Makna Lambang Pohon Beringin dalam Sila Ketiga Pancasila
Belum pernah Tio memergoki temannya lewat ketika ia sedang mencuci piring. Bukan berarti tidak ada teman-temannya yang memakai jalan kecil itu. Setiap pulang sekolah Tio bersama teman-temannya yang rumahnya searah menuju rumah lewat gang. Jadi mereka sampai di rumah hampir bersamaan. Sehingga tak mungkin bagi Tio melihat teman sekolahnya melintas di depannya sesiang itu. Barangkali mereka sedang beristirahat atau mungkin malah sedang membantu ibu seperti dirinya.
Hanya pada hari-hari tertentu, ketika Tio sedang makan, dua tiga orang temannya melintas di belakang. Senda-gurau mereka terdengar sampai ke ruang makan. Mereka yang terlambat pulang itu tentu karena giliran piket di sekolah. Mereka juga terlambatnya tak sampai saat ia mencuci piring.
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR