Bobo.id – Gunung Merapi meletus pagi ini, pada Kamis (13/2/2020) pukul 05.16 WIB. Bersumber dari Kompas.com, kolom erupsi mencapai setinggi 2.000 meter.
Berdasarkan data BPPTKG Yogyakarta, erupsi Gunung Merapi terekam di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 150 detik.
Arah angin ke barat laut. BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.
Apa Itu Kolom Erupsi?
Kolom erupsi disebut juga dengan kolom abu. Ini adalah abu vulkanik dari erupsi gunung berapi, teman-teman.
Dalam kolom erupsi, terdapat asap vulkanik panas yang keluar saat gunung berapi erupsi atau meletus.
Asap ini membentuk kolom yang membumbung tinggi sejauh ratusan meter sampai puluhan kilometer di atas puncak gunung.
Dalam kasus erupsi Gunung Merapi pagi ini, mencapai 2.000 meter.
Bahkan, dalam sebuah erupsi gunung berapi yang berkekuatan besar, kolom erupsi bisa keluar setinggi 40 kilometer, teman-teman. Wah ini sampai menembus stratosfer di atmosfer Bumi, lo!
Baca Juga: Ini 4 Negara dengan Gunung Berapi Terbanyak di Dunia, Salah Satunya Indonesia
Tahukah kamu? Stratosfer yang terkena aerosol dari kolom erupsi ini bisa menyebabkan perubahan iklim jangka pendek, teman-teman. Seperti yang pernah terjadi saat letusan Gunung Tambora pada 1815.
Terbentuknya Kolom Erupsi
Kolom abu erupsi gunung berapi ini terbentuk dalam aktivitas vulkanik eksplosif, ketika konsentrasi bahan yang mudah berubah jadi gas dalam magma yang naik mengubahnya menjadi abu vulkanik halus dan batuan yang kasar.
Asap dan batuan ini dikelarkan dengan kecepatan ratusan meter per detik, itu sebabnya bisa membumbung sangat tinggi.
Tinggi Kolom Erupsi
Kolom erupsi akan berhenti naik ke udara ketika sudah mencapai ketinggian di mana udara di sekitar kolom erupsi tidak lebih padat dibandingkan kolom erupsi.
Namun, ada hal yang yang memengaruhi ketinggian kolom erupsi, misalnya diameter lubang erupsi tempat letusan terjadi, kandungan gas dalam magma, dan kecepatan kolom erupsi saat gunung berapi erupsi.
Faktor eksternal juga bisa memengaruhi tinggi kolom erupsi, lo, misalnya angin yang bisa membatasi ketinggian kolom erupsi, dan suhu panas lokal di wilayah gunung berapi yang meletus.
Banyaknya faktor ini membuat erupsi setiap gunung berapi bisa mengeluarkan kolom erupsi dengan ketinggian yang berbeda-beda, teman-teman.
Dari informasi sebelumnya, BPPTKG Yogyakarta masih menetapkan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada.
Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ternyata Gunung dan Pegunungan itu Berbeda! Sudah Tahu Perbedaannya?
Ada empat tingkatan yang menandakan status gunung berapi, yaitu:
1. Aktif Normal
Status ini artinya gunung berapi yang diamati tidak mengalami perubahan aktivitas secara visual, seismik, dan kejadian vulkanik.
Sehingga ini menandakan gunung berapi cukup aman dan tidak meletus hingga waktu tertentu.
2. Waspada
Status ini menandakan sebuah peningkatan aktivitas gunung berapi dan mulai muncul kejadian vulkanik.
Di sekitar kawah akan terlihat perubahan visual serta mulai terjadi gangguan tektonik, magma, atau hidrotermal (cairan panas yang naik dari magma yang mendingin).
Namun, status ini juga berarti gunung berapi masih dalam tahap aman karena diperkirakan tidak akan meletus dalam waktu tertentu.
3. Siaga
Status ini menandakan bahwa terlihat jelas perubahan baik secara visual atau pun perubahan aktivitas kawah.
Baca Juga: Wah, Seperti Bumi, di Venus Juga Terdapat Gunung Berapi yang Aktif
Biasanya kondisi ini diikuti dengan letusan utama. Ini artinya jika peningkatan kegiatan gunung berapi terus berlanjut, maka kemungkinan akan melutus cukup besar.
Bisa saja terjadi dalam waktu kurang lebih dua minggu yang akan datang.
4. Awas
Ini adalah status yang menunjukkan bahaya. Artinya, kemungkinan gunung berapi meletus sangat besar.
Kondisi ini biasanya ditandai dengan letusan utama, yang kemudian dilanjutkan dengan letusan awal beserta semburan abu dan uap. Setelah itu akan ada letusan besar.
Kemungkinan gunung berapi meletus akan berlansung kurang lebih dalam waktu 24 jam.
(Penulis: Iveta R., Avisena Ashari, Yomi Hanna)
Lihat juga video ini, yuk!
Source | : | Kompas.com,Bobo.id |
Penulis | : | Iveta Rahmalia |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR