Sebabnya, Masjid Agung Banten memiliki atap bertingkat lima. Sehingga bentuknya terlihat unik.
Dua bagian teratas atap Masjid Agung Banten itu lebih berfungsi sebagai mahkota dibanding sebagai atap penutup ruang di bawahnya.
Ciri khas lain dari Masjid Agung Banten adalah adanya tumpak dari batu andesit yang berbentuk labu.
Ukurannya berbeda-beda di setiap masjid, tumpak yang paling besar dengan garis labu paling banyak adalah tumpak yang ada di empat tiang saka guru di tengah ruang salat.
Selain itu, peletakan kompleks makam di Masjid Agung Banten juga berbeda dari masjid Jawa lainnya yang ada di sebelah barat.
Di sana, kompleks makam berada di bagian utara masjid, dan menjadi tradisi di masjid-masjid lain di Banten.
Filosofi Bentuk Labu pada Tumpak dan Bagian Lain Masjid Agung Banten
Mungkin teman-teman bertanya-tanya, mengapa dasar tumpak atau tiang bangunan di Masjid Agung Banten berbentuk seperti labu.
Rupanya, itu merupakan simbol dari hasil pertanian di masa pembangunan masjid itu. Ini melambangkan makmurnya hasil pertanian masyarakat Banten saat itu.
Sampai saat ini, tiang-tiang penyangga di Masjid Agung Banten masih asli, lo! Wah, kuat sekali, ya?
Di dalam masjid, ada 24 tiang yang memiliki filosofi satu hari satu malam terdiri dari 24 jam.
Baca Juga: 5 Masjid yang Ada di Indonesia Ini Tidak Memiliki Kubah, lo!
Source | : | Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR