Ia segera memasang gelang besar pada batu keramat yang berlubang itu. Namun, ketika ia hendak kembali ke tempat persembunyiannya, tanpa diduganya Pangeran Cunihin telah kembali bersama Putri Cadasari.
“Hai, tua bangka! Apa yang kamu lakukan di sini?” bentak Pangeran Cunihin.
“Saya datang kemari untuk merebut kembali kesaktian dan Puti Arum yang kamu rampas dariku,” kata Pande Gelang.
“Hai, bukankah aku pernah mengatakan bahwa kamu tidak pantas menjadi pemenang. Lihatlah sang putri telah menjadi milikku untuk selamanya, hahaha…!” ujar Pangeran Cunihin seraya tertawa terbahak-bahak.
Baca Juga: Penyebab Erupsi Gunung Berapi, Mulai dari Kenaikan Suhu Kawah Hingga Tekanan Tinggi
Putri Cadasari sungguh heran mendengar pembicaraan kedua orang itu. Sepertinya mereka sudah saling mengenal sebelumnya.
Baru saja ia hendak menanyakan hal itu kepada mereka, tiba-tiba Pengeran Cunihin menarik tangannya untuk melihat batu keramat yang telah dilubanginya itu.
“Lihatlah, wahai Tuan Putri! Keinginan Tuan Putri telah terwujud. Sungguh sebuah tempat yang indah dan romantis untuk bulan madu kita,” kata Pangeran Cunihin.
Dengan sikap tenang, Putri Cadasari mencoba untuk menunjukkan kegembiraannya seraya menjalankan siasat yang telah diatur bersama Pande Gelang.
Source | : | Histori.id |
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR