Bobo.id – Jenderal Sudirman merupakan salah satu sosok penting yang membawa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.
Perjuangan Jenderal Sudirman untuk Indonesia merdeka pun sangat panjang. Beliau terlibat dalam usaha melawan Jepang, hingga menghadapi Belanda dalam Agresi Militer Belanda II.
Yuk, kita cari tahu hal apa saja yang bisa kita teladani dari perjuangan Jenderal Sudirman!
Sosok Jenderal Sudirman
Tahukah kamu? Sebelum menjadi seorang panglima, Jenderal Sudirman awalnya adalah seorang guru sekolah dasar, lo.
Semasa kecil, beliau tekun belajar dan saat menjadi guru beliau selalu mengajarkan tentang nasionalisme, juga rasa cinta pada bangsa dan tanah air.
Tahun 1943, Pak Sudirman merasa terpanggil untuk ikut membela tanah air dan bergabung dalam pasukan Pembela Tanah Air (PETA). PETA sendiri adalah cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Setelah pelatihan, beliau dijadikan komandan battalion PETA di Kroya, Jawa Tengah.
Baca Juga: Pasukan PETA Dipimpin oleh Shodanco Supriyadi di Blitar, Ini Kisahnya
Setelah Indonesia merdeka, Pak Sudirman bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Kala itu, Pak Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.
Karena kepiawaiannya, beliau pun diangkat menjadi panglima TKR dengan pangkat kolonel.
Pertempuran besar yang dipimpin beliau pertama kali adalah pertempuran Palagan Ambarawa, di mana Indonesia menang melawan tentara sekutu (Inggris) dan NICA (Belanda).
Akhirnya, pada 18 Desember 1945, Pak Sudirman dilantik menjadi Jenderal.
Salah satu peristiwa bersejarah yang erat kaitannya dengan perjuangan Jenderal Sudirman adalah perang gerilya, teman-teman.
Meneladani Sikap Jenderal Sudirman dalam Perang Gerilya
Perang gerilya merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi sebagai respon atas Belanda yang melancarkan Agresi Militer kedua.
Saat itu, Belanda menyerang kota Yogyakarta yang menjadi ibu kota Indonesia.
Tokoh yang menjadi pemimpin perang gerilya ini adalah Jenderal Sudirman.
Setelah melakukan perang gerilya selama berbulan-bulan, puncak perang gerilya itu adalah dilancarkannya Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pada masa agresi militer Belanda kedua itu, sebetulnya Jenderal Sudirman sedang mengalami sakit tuberkulosis (TBC), teman-teman.
Saat Jenderal Sudirman berdiskusi dengan Presiden Soekarno, Presiden memintanya untuk beristirahat karena kondisinya yang sedang sakit.
Namun, menurut ahli sejarah, Jenderal Sudirman justru menjawab “Tidak, Bung! Saya tetap bersatu dengan rakyat. Karena sesuai dengan ucapan saya, saya harus bergabung dengan rakyat, menentukan kemerdekaan Indonesia.”
Pada 19 Desember 1948, Belanda berhasil menguasai Yogyakarta.
Saat itu, Jenderal Sudirman sedang mengalami sakit parah. Sementara pihak Belanda menangkap para pemimpin negara Indonesia.
Pesawat tentara Belanda terus menembak ke arah daratan, sehingga dokter Suwondo menyarankan Panglima Jenderal Sudirman untuk meninggalkan kota Yogyakarta.
Saat itulah perjalanan gerilya dimulai.
Dalam masa perjuangan itu, Jenderal Sudirman yang sakit semakin memburuk kondisinya, sampai beliau tidak kuat lagi berjalan.
Baca Juga: Perbedaan Pendidikan Indonesia di Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Sampai-sampai, Jenderal Sudirman harus ditandu oleh prajurit-prajurit.
Wah, inilah bukti kecintaan Jenderal Sudirman pada tanah airnya, teman-teman.
Meskipun sakit, Jenderal Sudirman tidak meninggalkan rakyatnya dan tetap memimpin perang gerilya.
Beliau membuktikan ucapannya bahwa sang jenderal akan terus bersama rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Setelah situasi mereda di Yogyakarta pun, beliau menunggu dan bersabar di tempat menetap saat gerilya, sampai keadaan benar-benar aman, karena memperhitungkan kemungkinan Belanda kembali menyerang.
Setelah perang berakhir, beliau juga mengatakan bahwa Indonesia tidak boleh dijajah lagi, sehingga bangsa Indonesia harus benar-benar merdeka dan berdaulat penuh.
Dari kisah perjuangan beliau, kita bisa meneladani sikap cinta tanah air, gigih berjuang dan menyusun strategi, tidak mudah menyerah dalam keadaan sulit, dan selalu menepati perkataannya.
Baca Juga: Meski Namanya Mirip, dr. Soetomo dan Bung Tomo Adalah Pahlawan yang Berbeda, lo
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Yuk, lihat video ini juga!
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR