Bobo.id - Akibat pandemi global COVID-19, ada berbagai perubahan yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
Lebih sering mencuci tangan, selalu memakai masker, membawa alat makan sendiri, hingga menjaga jarak dari orang lain dilakukan sebagai pencegahan penularan virus corona penyebab COVID-19.
Di berbagai tempat, saat dipasang tanda agar kita menjaga jarak antara satu orang dengan orang lain, misalnya ketika sedang mengantre di kasir.
Menjaga jarak adalah salah satu anjuran dari WHO yang awalnya disebut sebagai social distancing, lalu diganti menjadi physical distancing.
Menjaga jarak yang dianjurkan untuk mencegah penularan virus corona juga diubah, nih, teman-teman. Dari yang awalnya adalah minimal satu meter, saat ini menjadi minimal dua meter.
Dengan menjaga jarak dari orang lain sejauh dua meter, maka akan mengurangi risiko penyebaran droplet atau tetesan air liur dari satu orang ke orang lain.
Tahukah kamu? Anjuran untuk menjaga jarak demi mengurangi penularan virus ternyata bukan hanya dilakukan ketika pandemi COVID-19 saat ini saja, lo.
Cari tahu mengenai sejarah pendapat menjaga jarak untuk mengurangi risiko penyebaran virus, yuk!
Mengapa Harus Menjaga Jarak untuk Mengurangi Risiko Penularan Virus?
Selain memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain ketika berada di tempat umum juga harus dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus.
Seperti yang kita ketahui, penyebaran virus corona melalui droplets bisa masuk ke tubuh melalui alat pernapasan seperti mata dan hidung, maupun lewat mata.
Nah, droplets bisa menyebar saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara dan menempel di permukaan benda, maupun ke arah tubuh seseorang.
Pada saat inilah penyebaran virus corona bisa terjadi dari droplets atau tetesan kecil air liur dari seseorang yang sedang sakit ke orang yang sehat.
Baca Juga: Pernah Tahu Nama Tali Pembungkus Ujung Tali Sepatu? Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Romawi Kuno
Tetesan air liur ini akan jatuh ke sekitar orang yang batuk atau bersin, dengan tetesan yang berat akan jatuh ke orang atau benda yang paling dekat, sedangkan tetesan yang lebih ringan akan jatuh ke tempat yang lebih jauh.
Inilah mengapa kita dianjurkan berada atau menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang lain dan tidak berkerumun untuk mengurangi penyebaran droplets dari satu orang ke orang lain.
Sejarah Aturan Menjaga Jarak Dua Meter
Aturan menjaga jarak dengan orang lain untuk mencegah penyebaran virus ternyata sudah dilakukan sejak lama, teman-teman.
Penelitian pertama mengenai penyebaran droplets ini sudah dilakukan mulai abad ke-19 dengan cara mengumpulkan sampel pada piring kaca.
Lalu di tahun 1897, peneliti mengusulkan agar ada jarak sekitar satu sampai dua meter antara satu orang dengan orang lain untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit.
Hal ini dilihat berdasarkan jarak sampel tetesan yang diketahui mengandung patogen atau zat yang menyebabkan penyakit.
Untuk memperkuat hasil penelitian ini, di tahun 1940 dilakukan penelitian melalui foto seseorang yang bersin untuk mengetahui jarak penyebaran droplets.
Di tahun 1948, dilakukan penelitian mengenai penyebaran penyakit streptokokus hemolitik melalui tetesan droplets.
Hasilnya, hanya 10 persen dari droplets yang terlempar sejauh 1,7 meter, namun 10 persen droplets dari peserta lainnya tersebar sejauh 2,9 meter.
Pada penelitian awal ini, sebenarnya hasilnya masih belum akurat, namun dari tetesan terbesar yang diketahui jatuh dekat inangnya, maka kemudian disimpulkan bahwa jarak aman agar tidak tertular penyakit adalah satu sampai dua meter.
Ada Berbagai Faktor yang Memengaruhi Penyebaran Droplets
Penyebaran droplet dari satu orang ke orang lain ini ternyata dipengaruhi berbagai faktor, teman-teman.
Faktor pertama adalah ukuran dari droplets itu sendiri. Semakin kecil dan semakin ringan ukuran droplets, maka jarak penyebaran semakin jauh.
Sedangkan droplets yang berukuran besar akan terlempar lebih dekat dengan inangnya.
Kegiatan pernapasan, seperti batuk dan bersin juga memengaruhi bagaimana droplets bisa terlempar pada jarak tertentu.
Saat kita batuk atau bersin, maka akan tercipta awan gas yang hangat dan lembap dan memengaruhi bagaimana tetesan air liur ini melaju.
Baca Juga: Sering Makan dengan Sendok? Ternyata Manusia Sudah Menggunakannya Sejak Ribuan Tahun Lalu
Faktor lain yang memengaruhi laju droplets adalah volume bicara, misalnya saat seseorang berbicara dengan keras atau menyanyi, maka droplets yang jatuh bisa lebih jauh.
Menjaga jarak memang bisa mengurangi risiko penyebaran virus penyakit, seperti virus corona.
Namun untuk semakin mengurangi penyebaran virus corona, pemakaian masker saat berada di tempat umum atau berbicara dengan orang lain harus selalu dilakukan.
Sumber: cebm.net
Tonton video ini juga, yuk!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | bmj |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR