Bobo.id - Wah, tak terasa beberapa hari lagi akan memasuki bulan Ramadan. Ini artinya kita akan memulai ibadah puasa.
Saat puasa penting bagi kita untuk memerhatikan asupan makanan agar tubuh tetap ternutrisi dengan baik.
Tentunya ada makanan yang disarankan untuk dikonsumsi dan juga dihindari.
Salah satu makanan yang sebaiknya kita hindari saat puasa adalah makanan pedas. Kenapa begitu?
Ternyata mengonsumsi makanan pedas saat sahur atau berbuka bisa menyebabkan beberapa masalah pada tubuh.
Apa saja? Simak di sini, yuk!
Baca Juga: Bolehkah Kita Vaksin COVID-19 saat Puasa? Simak Penjelasan Hukum dan Efek Sampingnya
1. Memperparah Gejala Tukak Lambung
Tukak lambung adalah luka yang terbentuk pada bagian dalam dinding perut dan bagian atas usus halus.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri Heliobacter pylori atau konsumsi aspirin dan obat-obatan antiperadangan dalam jangka waktu panjang.
Makanan pedas bukanlah penyebab timbulnya tukak lambung. Namun, gejalanya akan bertambah parah jika kita sering makan pedas saat sahur dan berbuka puasa.
2. Menimbulkan Nyeri dan Rasa Terbakar pada Perut
Salah satu akibat yang kita rasakan jika sering makan makanan pedas adalah nyeri pada perut.
Beberapa orang bahkan merasakan sensasi terbakar pada perut bagian atas dan dada. Kondisi ini biasanya terjadi akibat refluks asam lambung, yaitu naiknya asam lambung menuju kerongkongan.
Pemicu utama refluks asam lambung berasal dari apa yang kita makan dan minum, terutama saat perut dalam keadaan kosong setelah seharian berpuasa.
Selain makanan pedas, naiknya asam lambung juga dipicu oleh makanan asam, makanan berminyak, cokelat, kafein, bawang, dan saus tomat.
3. Memicu Iritasi Kerongkongan
Saat mengonsumsi makanan yang sangat pedas, lidah mengirimkan sinyal nyeri kepada otak. Otak kemudian menanggapinya dengan rasa mual, sakit perut, hingga muntah.
Ini merupakan respons normal perut untuk mengeluarkan apa pun yang dianggap berbahaya bagi tubuh.
Ketika muntah, perut mengeluarkan makanan yang dicerna beserta asam lambung. Asam lambung adalah jenis asam yang cukup kuat.
Paparan berkali-kali terhadap kerongkongan dapat memicu iritasi, bahkan luka pada kerongkongan. Akibatnya, kerongkongan terasa nyeri dan tidak nyaman selama berpuasa.
4. Meningkatkan Risiko Gastritis
Gastritis merupakan peradangan pada bagian dalam dinding lambung. Radang lambung biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, tapi gejala penyakit ini dapat dipicu oleh beragam faktor.
Salah satu pemicu gastritis adalah sering makan pedas, terutama ketika berbuka puasa. Hal ini karena perut berada dalam keadaan kosong setelah seharian berpuasa.
Capsaicin yang merupakan bahan aktif pada cabai dapat mengiritasi dinding lambung jika dikonsumsi secara berlebihan.
Dinding lambung akhirnya menipis akibat asam lambung dan mengalami peradangan. Lama-kelamaan, luka dapat terbentuk pada dinding lambung dan menyebabkan tukak lambung.
Baca Juga: Mengapa Jadwal Puasa Berbeda Setiap Tahunnya? Cari Tahu Sebabnya, yuk!
5. Menyebabkan Diare
Setelah melewati proses pencernaan dan penyerapan nutrisi, makanan yang hampir menjadi ampas perlu melewati proses terakhir di usus besar.
Di sini, gerak ampas makanan melambat karena usus besar perlu menyerap air untuk membentuk feses yang padat.
Namun, capsaicin pada makanan pedas membuat gerak pencernaan menjadi lebih cepat. Akibatnya, usus besar tidak memiliki waktu untuk menyerap air sehingga tekstur feses menjadi cair.
Diare membuat tubuh kehilangan cairan. Padahal, selama puasa asupan cairan juga sudah berkurang. Jika diteruskan, hal ini dapat mengakibatkan dehidrasi.
Makanan pedas sebenarnya tidak memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan. Meski begitu, kita harus berhati-hati apalagi jika memiliki penyakit pada saluran pencernaan.
Yuk, hindari mengonsumsi makanan pedas untuk sahur dan buka puasa agar puasa kita lancar!
(Penulis: kompas.com)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Bobo.id |
KOMENTAR